“SENJA” [Cerpen Karya Siswa-Siswi SMA Syarif Hidayatullah]

“SENJA” [Cerpen Karya Siswa-Siswi SMA Syarif Hidayatullah]

Loading

 

Senja

 

        
Aku masih disini, masih menyimpan janji-janji yang telah kita buat dulu,
masih mengingat setiap setiap kata romantis yang keluar dari bibir merah nya.
Tentang senja yang telah menemani kebahagiaan kita empat tahun terakhir.

    
Aku masih dengan perasaan yang sama, hati yang sama dan dengan harapan
yang sama untuk kehadirannya, walau mungkin itu hanya akan menjadi sebuah
harapan sampai kapanpun. Aku masih menunggu nya ditempat dimana kita selalu
menikmati indahnya senja.

 

“ Apa kabar kamu disana sayang?”. Ucap ku
sambil memandangi senja yang sama saat kami berdua duduk dan menikmati
sinarnya. “ Aku merindukan mu sayang”. Ucapku, yang kembali menenggelamkan ku
dalam ingatan tentang dirinya.

 

     
Mata ku tertunduk mengingat semua tentang dia yang selalu bisa membuat
hari hari ku indah dengan senyum yang selalu terpancar dari wajahnya.

“ Kenapa kamu ninggalin aku sendirian disini?
Aku mau kita sama sama lagi, bercanda bareng, tertawa bareng dan semua hal yang
pernah kita lakukan dulu. Aku mau kita ulangi hal hal itu, memnuhi setiap janji
yang kita utarakan bersama”. Lirih ku yang tenggelam dalam deburan suara ombak
pantai.

“ Udah lh tim, ayok kita pulang aja. Aku
sudah bosen banget kesini terus, udah dua Minggu ini kamu ngajak aku kepantai
ini terus”. Ucap Mila yang dari tadi berada dibelakang ku. “ Kamu GK bosen
duduk ngelamun disini terus setiap hari”. Tanya mila, aku hanya menggeleng kan
kepala tak menjawab nya.

“Aku capek yum, lihat kamu nangis ditempat
ini. Kamu itu sahabat terbaik ku”. Keluh Mila.

“ Aku masih mau disini Mila”. Jawabku.

 

“ Aku tau kamu masih belum menerima
kama….”. Sebelum Mila menyelesaikan kalimat itu, aku sudah memotong perkataan
nya dengan nada tinggi.  “ Stop mil !
Jangan pernah kamu ulangi lagi kalimat itu”. Pinta ku pada sahabat terbaik ku
itu yang selalu setia menemani ku.

 

“ Tapi kamu GK bisa kayak gini terus Yumna,
Revan sudah pergi, terus ngapain kamu masih nungguin dia disini”. Ucap Mila
sambil berdiri dengan wajah kesalnya. 
Gak guna juga kamu datang katempat ini, tempat ini akan membuat kamu tamabah
susah ngelupain Revan, yum”. Ucap Mila dengan nada tinggi khas seorang ibu-ibu
kalau lagi marah.

 

“ Aku gak mau pergi dari sini mil, tolong
kamu ngertiin aku. Tempat ini adalah tempat dimana aku bertemu Revan untuk
pertama kalinya. Orang yang telah merubah hidup ku”. Ucap ku sambil melihat
senja yang muali setengah tenggelam.

 

“ Tapi tempat ini juga adalah tempat terakhir
kebersamaan kalian, kanapa kamu saat keras kepala Yumna, kamu juga harus melanjutkan
hidup ini”. Mendengar ucapan Mila itu membuat ku kembali mengingat kejadian
dimana Revan meninggalkan ku untuk selamanya.

 

 

                                      •••

 

      
Dua Minggu lalu aku dan Revan berjanji untuk bertemu ditempat ini, Revan
sudah menunggu ku ditepi pantai ini tepat di tempat saat ini aku duduk. Aku
datang terlambat karena ada jam tambahan dikampus ku dan aku tidak bisa izin
pada jam itu, aku datang setelah Revan menunggu ku satu setengah jam.

 

“ Revan…”. Panggil ku dari kejauhan dan
Revan langsung berbalik badan, aku melihat senyum manis yang tersungging di
bibirnya.

 

“ Hay sayang, akhirnya kamu datang juga”.
Ucapnya dengan santai padahal aku sudah membuat nya menunggu lama.

 

“ Maaf aku terlambat tadi aku ada jam
tambahan, aku GK bisa izin jadi aku terlambat kesini”. Ucap ku dengan menyesal.

 

“ Udah gak papa cantik ku, aku ngerti”.
Ucapnya sambil mengusap rambut ku.

 

“ Kenapa kamu ngajak aku ketemu disini
sayang, kamu kangen aku ya”. Goda ku.

 

“ Dih, sejak kapan wanita ku ini jadi
kepedean kayak gini”. Guraunya sambil mencubit hidung ku dan tersenyum.

 

“ Jhhhhhhhh…”. Tawaku sambil berjalan
diatas pasir yang halus itu.

 

“ Aku mau bicara serius sama kamu sayang”.
Ucapnya dengan wajah gugupnya.

 

“ Kamu mau bicara serius apa cintaku”. Ucapku
sambil bergurau padanya.

 

     
Tiba-tiba Revan duduk dan berlutut pada ku, aku yang melihat nya
terkejut tidak biasanya dia berlutut seperti ini.

 

“ Aku mau kamu jadi istriku sayang”. Ucapnya
sambil menyodorkan kotak kecil berisi cincin berlian.

 

     
Aku terkejut dan tak bisa menjawab apa apa, aku tak tahu apa yang aku
rasakan, perasaan ku campur aduk. Air mata ku pun mulai mengalir melihat
keseriusan kekasih ku ini.

 

“ Kenapa kamu nangis sayang? Kamu gak mau?”.
Tanya nya.

 

“ Aku mau sayang”. Hanya kalimat itu yang
bisa aku ucapkan aku tak bisa berkata apa-apa lagi.

 

Revan memasukkan cincin itu ke jari manis ku
dan berdiri langsung memeluk ku dengan sangat erat.

 

“ Terima kasih sayang ku, aku akan selalu
bersamamu aku tidak akan meninggalkan mu sendirian aku akan selalu membuat mu
bahagia dan memiliki anak yang banyak nanti”. Ucapnya sambil mencium kening ku
dengan lembut.

 

“ Iya sayang, aku juga akan selalu setia sama
kamu”. Janjiku pada orang yang sangat aku cintai itu.

 

     
Hari semakin sore aku berniat untuk pulang bersama Revan tapi kami tak
menyadari kalau cuaca mulai buruk dan tak kami sadari tiba-tiba ombak besar
menyambar kami, kami terbawa oleh ombak besar itu.

 

   
Setelah kejadian itu aku tidak tahu apa yang terjadi pada kami berdua.
Saat aku bangun aku sudah berada ditepi pantai, aku melihat banyak orang
disekitar ku namun aku tidak menemukan Revan disekitar ku.

 

“ Dimana Revan”. Tanyaku pada semua orang,
tapi tidak ada yang menjawab mereka hanya melihat ku dengan kasihan aku sama
sekali tidak mengerti apa yang terjadi. 
“ Kenapa kalian semua diam saja, dimana pacar ku?”. Tanya ku sekali lagi
namun tetap tidak ada yang menjawab.

 

 

 

         
Tiba-tiba Mila datang dan memeluk ku, aku tambah tak mengerti kenapa semua
orang bersikap seperti itu.semua orang diam dan Mila menangis.

 

“ Kamu kenapa mil?”. Tanya ku sambil
melepaskan pelukannya.

 

“ Yum, Revan!”. Ucapnya terbata.

 

“ Iya mil, Revan dimana? Aku dari tadi
bertanya tapi tidak ada yang menjawab ku”. 
Ucap ku masih tidak mengerti apa-apa.

 

Namun Mila menangis semakin menjadi membuat
aku takut dan memikir yang tidak-tidak terhadap Revan.

 

 
Revan dimana Mila kenapa kamu nangis sih, Revan gak papa kan?”. Tanya ku yang
sudah mulai gemetar an.

 

“ Revan meninggal Yumna”. Ucapan Mila yang
sama sekali tak ku percayai.

 

“ Aku serius yum, Revan sudah dinyatakan
meninggal oleh dokter tadi”. Ucap mila dan tertunduk.

 

“ Nggak kamu pasti bohong sama aku, gak
mungkin Revan ninggalin aku dia sudah berjanji untuk selalu bersama ku”. Ucap
ku tetap tak percaya.

 

“ Kamu harus terima kebenaran ini Yumna”.
Ucapnya menguatkan ku.

 

“ Gak mungkin Mila, Revan tadi udah negelamar
aku dia juga sudah janji tidak akan meninggalkan ku”. Ucapku sambil melihat kan
cincin pemberian Revan tadi.

 

“ Iya aku tahu itu Yumna tapi ini semua sudah
terjadi Revan memang sudah pergi ninggalin kamu”. Jelas Mila. Aku tertunduk tak
bisa berbuat apa-apa aku tetap tidak percaya pada Mila. Namun, air mata ku tak
mau berhenti mengalir aku memeluk Mila sekuat yang aku bisa dan Samapi akhirnya
aku jatuh pingsan dipelukkan Mila.

 

                                      •••

 

       
Sejak kejadian dua Minggu lalu itu, setiap hari selepas pulang kuliah
aku selalu datang kepantai ini untuk mengenang Revan. Walaupun dengan semakin
aku mengenang Revan hati ku semakin sakit.

 

      
Namun sesakit apa pun kenangan itu kita tidak harus melupakan nya cukup
kenang dan simpan didalam hati kita.

 

Penulis : Firda

 

 

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *