KELAS XI KD 4

Loading

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

 

INDEKS HARGA

 

 

Kompetensi Dasar

3.4 Menganalisis
indeks harga dan inflasi.

4.4 Menyajikan
hasil analisis indeks harga dan inflasi.

 

Pengertian Indeks
Harga

 

Indek harga adalah angka yang
diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga-harga
barang, baik harga untuk satu macam barang maupun berbagai macam barang dalam
waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil perhitungan indeks harga,
yaitu:

 

a.   
Jika indeks harga
> 100 berarti harga mengalami kenaikan (terjadi inflasi).

 

b.   
Jika indeks harga
< 100 berarti harga mengalami penurunan (terjadi deflasi).

c.    
Jika indeks harga
= 100 berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun).

 

Contoh:

Bila harga barang tahun 2014 sebesar
Rp8.000,00 per kilogram, kemudian pada tahun 2015 naik menjadi Rp10.000,00 per
kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2015 dapat dihitung
sebagai berikut:

10.000

= 8.000 x
100 = 125

 

Jadi harga barang
pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 25%.

 

Jenis Indeks
Harga

Adapun jenis indeks harga dalam kegiatan ekonomi
suatu negara secara umum dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a.    Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks
harga yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Dengan kata
lain, IHK adalah indeks yang mengukur perubahan-perubahan yang terjadi pada
harga eceran barang dan jasa yang diminta konsumen dari waktu ke waktu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari sejumlah
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. IHK merupakan salah satu indikator
ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar
oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan harga beli di
tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang dan jasa
(fixed basket) yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat.

b.    Indeks Harga Produsen (IHP)

Indeks
Harga Produsen (IHP) adalah indeks harga yang menggambarkan tingkat perubahan
harga di tingkat produsen. Pengguna data dapat memanfaatkan perkembangan harga
produsen sebagai indikator dini harga grosir maupun harga eceran. Selain itu
dapat juga digunakan untuk membantu penyusunan neraca ekonomi (PDB),
distribusi barang, margin perdagangan, dan
sebagainya. IHP dikelompokkan ke dalam sektor Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, dan Industri Pengolahan.

c.    Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

 

Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan
bahwa IHPB adalah harga indeks yang menggambarkan besarnya perubahan harga pada
tingkat harga perdagangan besar/grosir dari komoditas-komoditas yang
diperdagangkan di suatu negara/daerah, Komoditas tersebut merupakan produksi
dalam negeri ataupun yang diekspor dan komoditas yang berasal dari impor.

 



Sumber: Data
Sosial Ekonomi BPS Juli 2015

 

d.   Indeks harga saham

Indeks harga
saham
yaitu indeks harga yang mengukur
perubahan harga saham di pasar modal, yang terdiri dari:

1)  Indeks Harga Saham Individu (IHSI) adalah indeks harga masing-masing saham yang
tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

2)  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks semua saham yang tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks.

 

Tujuan Perhitungan
Indeks Harga

Penyusunan
indeks harga dalam ekonomi bertujuan antara lain sebagai berikut.

 

a.    Sebagai petunjuk atau barometer
dari kondisi ekonomi umum. Hal ini mengandung maksud sebagai berikut:

 

– Indeks harga grosir dapat
menggambarkan secara tepat tentang tren perdagangan. – Indeks harga diterima
petani dapat menggambarkan kemakmuran di bidang agraria.

 

b.   
Sebagai
pedoman bagi kebijakan dan administrasi perusahaan.

c.    Indeks harga dapat dipergunakan
sebagai deflator, maksudnya bahwa pengaruh perubahan harga dapat dihilangkan
dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang sesuai. Proses ini
dinamakan proses deflasi dan pembaginya disebut deflator.

 

d.    Indeks harga dapat dipakai sebagai
pedoman bagi pembelian barang-barang. Maksudnya adalah harga barang yang dibeli
dapat dibandingkan dengan indeks harga eceran atau indeks harga grosir agar
dapat diukur efisiensi pembelian barang-barang yang bersangkutan.

e.    Indeks harga barang-barang konsumsi
merupakan pedoman untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan kenaikan gaji
buruh pada masa inflasi.

 

Metode
Perhitungan Indeks Harga

Perhitungan
indeks harga dapat dilakukan dengan beberapa metode. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pilihan yang tepat agar
tujuan angka indeks yang telah ditetapkan hasilnya dapat dipercaya. Pada
dasarnya terdapat dua metode penghitungan angka indeks yaitu:

a. Indeks Harga Agregatif Sederhana
atau Indeks Harga Agregatif Tidak Tertimbang (simple aggregative methode).

b.
Indeks Harga Agregatif Tertimbang.

Untuk
lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini.

 

a.   Indeks Harga Agregatif Sederhana (Indeks Harga
Agregatif Tidak Tertimbang).
Metode
ini sangat sederhana, indeks harga dihitung dengan rumus sebagai berikut:

 

Rumus:

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

IA = Indeks
harga agregatif tidak ditimbang

 

 

 

Pn = harga yang
dihitung angka indeksnya

 

 

 

Po = harga pada
tahun dasar

 

 

Contoh:

 

 

 

 

 

 

 

Macam Barang

 

Harga

 

Kuantitas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2014

 

2015

2014

2015

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A

Rp

200,00

Rp

300,00

50
unit

100
unit

 

B

Rp

300,00

Rp

350,00

100 unit

100 unit

 

C

Rp

500,00

Rp

500,00

200 unit

250 unit

 

D

Rp
1000,00

Rp

850,00

300 unit

450 unit

 

E

Rp

200,00

Rp

300,00

150 unit

100 unit

 

Σ

Rp
2.200,00

Rp 2.300,00

800
unit

1.000
unit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan
data di atas, maka angka indeks harga tahun 2015 adalah:

IA
=
23002200 x
100 = 104,55

 


Jadi,
harga tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 4,55%.

 

b.   Indeks Harga Agregatif Tertimbang

 

Penghitungan indeks harga agregatif
tertimbang dapat dilakukan dengan beberapa metode. Simaklah penjelasannya masing-masing
pada pembahasan berikut ini.

 

1)   Metode Laspeyres (IL)

Indeks Laspeyres adalah indeks
harga tertimbang dengan kuantitas barang pada tahun dasar (Q
o) sebagai faktor penimbangnya. IL
dihitung dengan rumus:

 

Rumus:                                          

Keterangan:

IL = Angka Indeks
Laspeyres

 

Pn = Harga pada
tahun yang dihitung indeksnya

Po = Harga pada
tahun dasar

 

Qo= Kuantitas
pada tahun dasar

 

Untuk lebih jelasnya tetang
penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan
contoh di bawah ini.

Macam

Harga

Kuantitas

Pn×Qo

Po×Qo

 

 

 

 

 

 

Barang

2014(Po)

2015(Pn)

2014(Qo)

2015(Qn)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A

Rp200,00

Rp300,00

50 unit

100 unit

Rp15.000,00

Rp10.000,00

 

B

Rp300,00

Rp350,00

100 unit

100
unit

Rp35.000,00

Rp30.000,00

 

C

Rp500,00

Rp500,00

200 unit

250
unit

Rp100.000,00

Rp100.000,00

 

D

Rp100,00

Rp50,00

300 unit

450
unit

Rp15.000,00

Rp30.000,00

 

E

Rp200,00

Rp300,00

150 unit

100
unit

Rp45.000,00

Rp30.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Σ

 

 

Rp210.000,00

Rp200.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan
data di atas, maka indeks Laspeyres (IL) dapat dihitung sebagai berikut.

IL
=
210.200.000000 x 100 = 105,00

 

 

Berarti
pada tahun 2015 telah terjadi kenaikan harga sebesar 5%.

 

 

2)  Metode Paasche (IP)

 

Indeks
Paasche adalah indeks harga tertimbang dengan kuantitas barang pada tahun yang
diukur (Qn) sebagai faktor penimbangnya. IP dihitung dengan rumus:

 

Rumus:

Dimana:

 

IP = Angka
Indeks Paasche

 

Pn = Harga tahun yang dihitung angka indeksnya

Po = Harga pada
tahun dasar

Qn=
Kuantitas tahun yang dihitung angka indeksnya 


Berikut
adalah contoh penghitungan angka indeks tertimbang dengan metode Paasche.

 

Macam

Harga

Kuantitas

Pn× Qn

Po×Qn

 

 

 

 

 

 

Barang

2014(Po)

2015(Pn)

2014(Qo)

2015(Qn)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A

Rp200,00

Rp300,00

50 unit

100 unit

Rp30.000,00

Rp20.000,00

 

B

Rp300,00

Rp350,00

100 unit

100
unit

Rp35.000,00

Rp30.000,00

 

C

Rp500,00

Rp500,00

200 unit

250
unit

Rp125.000,00

Rp125.000,00

 

D

Rp100,00

Rp50,00

300 unit

450
unit

Rp22.500,00

Rp45.000,00

 

E

Rp200,00

Rp300,00

150 unit

100
unit

Rp30.000,00

Rp20.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Σ

 

 

Rp242.500,00

Rp240.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan
datadi atas, maka indeks Paasche dapat dihitung sebagai berikut.

IP
=
242.500240.000 x
100 = 101,04

 

 

Berarti
pada tahun 2015 terjadi kenaikan harga sebesar 1,04%.

 

Dari Metode Laspeyres dan Metode Paasche
terdapat suatu kelemahan sebagai berikut.

 

   Angka indeks Laspeyres mempunyai
kelemahan yaitu hasil penghitungan lebih besar (over estimate), karena
pada umumnya harga barang cenderung naik, sehingga kuantitas barang yang
diminta mengalami penurunan. Dengan demikian
besarnya
Q
o akan lebih besar dari pada Qn.

 

   Angka indeks Paasche mempunyai
kelemahan yaitu hasil penghitungan cenderung lebih rendah (underestimate),
karena dengan naiknya harga akan menyebabkan
permintaan
turun, sehingga Q
n
lebih kecil dari pada Q
o.

 

Untuk menghilangkan kelemahan
tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan angka indeks tersebut, yaitu
dengan menggunakan metode indeks Drobisch and Bowley. (ID), Indeks Irving
Fisher (IF), dan Indeks Marshal Edgewarth (IM).

 

 

3)
Metode Drobisch and Bowley (ID)

Angka indeks tertimbang dengan
Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan sebagai berikut.

Rumus:                                  Keterangan :

 

ID = Indeks Drobisch and Bowley IL = Indeks
Laspeyres IP = Indeks Paasche

 

Contoh
soal:

 

Berdasarkan penghitungan angka
indeks Laspeyres dan Paasche, pada soal di atas dapat dihitung besarnya indeks
Drobisch Bowley sebagai berikut.

ID
=
105,00 + 101,04 = 103,02

 


2

 

Berarti
terdapat kenaikan harga 3,02% pada tahun 2015.

 

 

 

4)  Metode Irving Fisher (IF)

Penghitungan angka indeks
dengan Metode Irving Fisher merupakan angka indeks yang ideal. Irving Fisher
menghitung indeks kompromi dengan cara mencari rata-rata ukur dari indeks
Laspeyres dan indeks Paasche.

 

Rumus:                                                  Keterangan :

IF = Angka indeks
Irving Fisher IL = Angka indeks Laspeyres IP = Angka indeks Paasche

 

 

5)  Metode Marshal Edgewarth (IM)

 

Menurut metod ini, angka
indeks dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dan kuantitas
tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada

 

tahun
dasar atau harga pada tahun n.

Rumus:                                                  Keterangan :

IM = Indeks
Marshal Edgewarth

Qo = Jumlah
kuantitas pada tahun dasar

Qn = Jumlah
kuantitas tahun yang dihitung

Po = Harga pada
tahun dasar

 

Pn = Harga pada
tahun yang dihitung

 

8

Untuk lebih jelasnya, perhatikan
data pada tabel dibawah ini agar kamu dapat mencari angka indeks Marshal
Edgewarth.

 

Macam

Harga

Kuantitas

(Qo + Qn)Pn

(Qo + Qn)Po

Barang

2014(Po)

2015(Pn)

2014(Qo)

2015(Qn)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A

Rp200,00

Rp300,00

50unit

100unit

Rp45.000,00

Rp30.000,00

B

Rp300,00

Rp350,00

100unit

100unit

Rp70.000,00

Rp60.000,00

C

Rp500,00

Rp500,00

200unit

250unit

Rp225.000,00

Rp225.000,00

D

Rp100,00

Rp50,00

300unit

450unit

Rp37.500,00

Rp75.000,00

E

Rp200,00

Rp300,00

150unit

100unit

Rp75.000,00

Rp50.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Σ

 

 

Rp452.500,00

Rp440.000,00

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan data di atas, maka
angka indeks Marshal Edgewarth dapat dihitung sebagai berikut.

IM
=
452.500440.000 x
100 = 102,84

 

 


Berarti
terjadi kenaikan harga sebesar 2,84% pada tahun 2015.

 

 

c.    Angka indeks rantai

 

Angka indeks rantai adalah perhitungan
angka indeks dengan menggunakan tahun sebelumnya sebagai tahun dasar. Misalnya
menghitung angka indeks tahun 2013 tahun dasarnya 2012, angka indeks tahun 2014
tahun dasarnya 2013, angka indeks tahun 2015 tahun dasarnya 2014, dan
seterusnya.

Contohnya:

Tahun

2011

2012

2013

2014

2015

Harga

Rp500,00

Rp600,00

Rp700,00

Rp800,00

Rp900,00

 

Indeks rantai
dapat dihitung sebagai berikut :

          
Indeks tahun 2011 = 500500 x 100 = 100,00

 

          
Indeks tahun 2012 = 600500 x 100 = 120,00

          
Indeks tahun 2013 = 700600 x 100 = 116,67

          
Indeks tahun 2014 = 800700 x 100 = 114,29

 

          
Indeks tahun 2015 = 900800 x 100 = 112,50

 

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

 

INFLASI

 

 

Pengertian
Inflasi dan Laju Inflasi

 

Inflasi
adalah suatu keadaan di
mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung naik.
Dikatakan tingkat harga umum karena barang dan jasa yang ada di pasaran
mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak, dimana sebagian besar dari
harga-harga tersebut meningkat sehingga berakibat terjadinya inflasi.

 

Untuk
menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagaiberikut.

Contoh:

 

Indeks harga pada bulan Juli 2015 sebesar 110 dan
indeks harga pada bulan Agustus 2015 sebesar 112, maka laju inflasi pada bulan
Agustus 2015 dapat dihitung sebagai berikut:

 

Laju Inflasi bulan Agustus 2015= 112 110
x 100% = 1,82% 110

 

                     sumber: Data
Sosial Ekonomi BPS Juli 2015

            Jenis Inflasi

 

            Penggolongan inflasidapat
ditinjau dari beberapa segi, di antaranyasebagaiberikut.

a.   Dilihat dari laju kecepatannya,
inflasi dibagi menjadi 3:

1)       
inflasi
lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatannya kurang dari 5% per
tahun.

                    2)        inflasi
cepat (galloping inflation, inflasi yang kecepatannya 5% atau lebih per
                                    tahun

3)       
inflasi
meroket (sky rocketing inflation) atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang
kecepatannya lebih dari 10% per tahun.

b.    Dilihat dari parah tidaknya,
inflasi dibagi menjadi:

1)       
inflasi
ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan).

 

2)       
inflasi
sedang, yaitu inflasi antara 10%–30% per tahun (belum membahayakan, tetapi
sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap).

 

3)       
inflasi
berat, yaitu inflasi antara 30%–100% per tahun (sudah mengacaukan perekonomian
karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang).

 

4)       
inflasi
sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi diatas 100% per tahun
(mengacaukan kegiatan perekonomian suatu Negara dan sulit untuk
dikendalikan/diatasi).

c.    Dilihat dari sumbernya, inflasi
dibagi menjadi:

 

1)       
inflasi
dari dalam negeri (domestic inflation), artinya inflasi karena
penciptaan uang baru dan adanya kebijakan anggaran defisit,

 

2)       
inflasi
dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi terjadi karena
suatu negara mengimpor barang/jasa dari negara lain yang sedang mengalami
inflasi.

 

    Sebab-Sebab
Timbulnya Inflasi

 

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, akan tetapi
secara garis besar timbulnya ainflasi disebabkan oleh faktor-faktor berikut
ini:

 

a.   Kenaikan permintaan melebihi penawaran (Demand pull
inflation
) dimana inflasi terjadi
disebabkan oleh naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.

 

Grafiknya:

 

 

 


Berdasarkan grafik di atas, dapat
diketahui bahwa: permintaan suatu barang mengalami kenaikan dari OQ ke OQ1,
sehingga harga barang juga naik dari OP ke OP1 dan kurva permintaan bergeser
dari DD ke D
1D1.

 

 

b.  Kenaikan
biaya produksi (Cost push inflation) dimana inflasi yang terjadi karena
meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami
kenaikan.

Hal ini dapat
digambarkan pada kurva di bawah ini!

Dari gambar di atas diketahui, bahwa semula harga
barang setinggi OP dan jumlah barang di pasaran sebesar OQ, kemudian karena
adanya kenaikan biaya produksi, maka harga barang naik menjadi OP1 dan jumlah
barang yang diminta turun menjadi OQ1, sehingga kurva penawaran bergeser dari
SS ke S1S1.

 

c.   
Meningkatnya
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (Money in circulation),
artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga para produsen
menaikkan harga barang.

d.    Berkurangnya jumlah barang di pasaran artinya
jumlah barang yang ada dipasar atau jumlah penawaran barang mengalami
penurunan, sehingga jumlahnya sedikit sedang permintaan akan barang tersebut
banyak sehingga harga barang naik.

e.    Inflasi dari luar negeri (Imported Inflation)
artinya inflasi karena mengimpor barang dari luar negeri, sedangkan di luar
negeri terjadi inflasi (kenaikan harga barang di luar negeriI, sehingga
barang-barang impor mengalami kenaikan harga.

f.     Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation),
artinya Meningkatnya pengeluaran pemerintah atau terjadi deficit anggaran





 


Sumber: Nota Keuangan 2014

 

Dampak Inflasi

 

Secara
garis besar dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain sebagai berikut:

a.      
Terhambatnya
pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya
minat menabung.

b.       Masyarakat yang berpenghasilan
rendah tidak dapat menjangkau harga barang karena harga barang mengalami
kenaikan.

 

c.      
Jika
terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran,
karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.

d.      
Masyarakat
akan cenderung untuk menyimpan barang dari pada menyimpan uang.

 

e.      
Nilai
mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.

 

Inflasi
juga memengaruhi masyarakat, baik yang berpenghasilan tetap atau tidak tetap.

 

Adapun
dampak inflasi terhadap penghasilan masyarakat adalah sebagai berikut.

 

a.       Dalam masa inflasi, nilai harta
tetap mengalami kenaikan harga melebihi kenaikan inflasi. Pendapatan riil
penduduk berpenghasilan tidak tetap mengalami penurunan atau merosot. Dengan
demikian inflasi akan memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan di antara
anggotamasyarakat.

 

b.      
Inflasi
merugikan masyarakat yang berpendapatan tetap, karena upah/gaji yang diperoleh
tidak dapat mengikuti/menyesuaikan kenaikan harga, sehingga semakin berat
dirasakan oleh masyarakat.

 

c.       Inflasi menyebabkan orang-orang
enggan untuk menabung dan mendorong untuk mencari pinjaman dalam
rangkamenyesuaikan pendapatan. Hal ini akan menghambat perkembangan dunia
usaha.


Sumber: Warta IHK BPS Juni 2015

 

Sedangkan Pihak yang diuntungkan dan dirugikan
dengan inflasi dapat dikemukakan sebagai berikut:

 

 

Pihak
yang Untung

 

Pihak
yang Rugi

1.

Eksportir atau Penjual

1.

Importir atau pembeli

2.

Debitur / pihak yang memiliki utang

2.

Kreditur / pihak yang memiliki piutang

3.

Speklulan /
berani berspekulasi

3.

Berpenghasilan
tetap

4.

Berpenghasilan tinggi/besar

4.

Berpenghasilan rendah / miskin

 

5.   Cara-cara Mengatasi Inflasi

 

Pemerintah
dalam mengendalikan inflasi (kenaikan harga), menempuh beberapa cara baik
melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun kebijakan non moneter dan
non fiskal, yang semuanya bertujuan untuk dapat menstabilkan keadaan
perekonomian diIndonesia secara umum.

 

a.
Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dalam rangka
untuk mengatasi inflasi
adalah dengan mengurangi atau
mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, antara lain sebagai
berikut.

1)       
Politik
Diskonto (discount policy)

 

Bank
sentral dapat menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang beredar dengan
jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga (diskonto). Dengan menaikkan suku
bunga, maka dapat mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya jika suku bunga
turun dapat menambah jumlah uang yang beredar.

2)       
Politik
PasarTerbuka (open market policy)

Dengan
politik pasar terbuka bank sentral secara aktif akan membeli atau menjual surat
berharga dengan tingkat suku bunga tertentu. Jika bank sentral membeli surat
berharga, maka akan memberi pengaruh untuk menambah jumlah peredaran uang.
Sebaliknya jika bank sentral menjualnya, maka uang banyak yang ditarik dari
peredaran.

3)       
Politik
Cadangan Kas (cash ratio policy)

 

Bank sentral dapat
menentukan jumlah cadangan kas minimum yang harus ada dibank-bank umum, dengan
tujuan agar kredit yang diberikan kepada masyarakat dapat dikendalikan,
sehingga dapat memengaruhi jumlah uang beredar.

 

4)       
Kebijakan kredit
selektif

 

 

5)       
Kebijakan
dorongan moral (moral suasion).

Bank sentral dapat memengaruhi jumlah uang beredar
dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan kepada bank umum
dan pelaku moneter lainnya. lsinya dapat berupa ajakan ataupun larangan untuk
menahan atau melepaskan pinjaman dan tabungan.

 

b.   
Kebijakan
Fiskal

Kebijakan
fiskal dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran

negara. Kebijakan fiskal yang
ditempuh untuk mengatasi inflasi di antaranya sebagai berikut.

Terdapat tiga
instrumen kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah, yaitu:

1) Sistem
perpajakan.

 

 

Dengan menaikkan tarif pajak, pemerintah
bermaksud memperkuat kas pemerintah dan dapat memperbesar pengeluaran yang
bersifat umum. Sebaliknya pemerintah juga bisa mengurangi tarif pajak, dimana
pemerintah berrmaksud memberi kesempatan perusahaan berinvestasi sekaligus
meningkatkan konsumsi.

 

 

2) Pinjaman Pemerintah

 

Dalam kondisi tertentu terutama
pemerintah mengutamakan mengejar tingkat pertumbuhan perekonomian maka
pemerintah dapat melakukan pinjaman pemerintah dengan menjual Surat Utang
Negara (SUN). Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah dan sekaligus bisa menekan laju inflasi di masyarakat.

 

c.
Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal

 

Kebijakan
nonmoneter dan nonfiskal artinya kebijakan untuk mengatasi inflasi dengan tidak
memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan pengeluaran negara.
Bentuk kebijakan tersebut diantaranya sebagai berikut:

 

1)  
Peningkatan
produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.

2)  
Kebijakan
upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi.

 

3)   Pengendalian dan pengawasan harga,
misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum.

 

 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

 

PERMINTAAN UANG DAN PENAWARAN UANG

 

 

Permintaan Uang (Demand
of Money
)

Permintaan uang adalah sejumlah
uang tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk melakukan transaksi dalam
perdagangan atau tujuan tertentu.
Permintaan uang datang dari
empat pihak, yaitu:

a.   
pihak
perseorangan/konsumen,

b.   
pihak
pengusaha/produsen,

c.   
pihak
investor/penanam modal,

 

d.   
pihak
pemerintah (dapat bertindak sebagai produsen, konsumen, dan pengatur).

 

Dalam analisis John Meynard Keynes,
masyarakat melakukan permintaan uang untuk memenuhi tiga keinginan, yaitu
sebagai berikut:

 

a.      
Permintaan
uang untuk tujuan transaksi

 

 

b.      
Permintaan
uang untuk tujuan berjaga-jaga

 

c.      
Permintaan
uang untuk tujuan spekulasi

 

Faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai berikut.

 

a. Adanya keinginan untuk memegang
uang atau motif memegang uang, baik motif transaksi, berjaga-jaga maupun
spekulasi

 

b.   
Tinggi
rendahnya tingkat bunga.

c.   
Adanya
investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan dana/uang.

d.   
Tingkat
harga yang berlaku di pasar.

e.    
Ekspektasi
(perkiraan/ramalan masa yang akan datang)

 

Kurva permintaan
uang

 

Permintaan uang untuk tujuan transaksi
dan berjaga-jaga sifatnya sangat berbeda dengan tujuan spekulasi. Permintaan
uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan
masyarakat atau pendapatan nasional, sedangkan permintaan uang untuk tujuan
spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga.

 

a.      
Permintaan uang
untuk transaksi dan berjaga-jaga

Hubungan pendapatan terhadap permintaan uang
dapat kamu lihat pada kurva berikut ini.



Dari
kurva permintaan tersebut tampak bahwa makin tinggi pendapatan, makin besar
permintaan uang untuk kedua tujuan tersebut. Sementara itu, pada saat
pendapatan sebesar Ya, maka jumlah uang yang diperlukan untuk
transaksi dan berjaga-jaga sebesar Ma. Tetapi bila pendapatan
nasional Yb maka uang yang diperlukan sebesar Mb.

 

b.        
Permintaan uang
untuk spekulasi

 

Guna memperjelas pemahamanmu terhadap permintaan
uang untuk spekulasi, perhatikan kurva berikut ini.



 

 

Kurva permintaan uang untuk spekulasi menunjukkanbahwa makin tinggi
tingkat bunga (i
a), makin kecil permintaan uang (Mb), sebaliknya makin rendah tingkat bunga (ib), makin besar permintaan uang (Mb).
LP pada menunjukkan kurva preferensi likuiditas.

 

Penawaran Uang (Supply
of money
)

 

Penawaran
uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh pemerintah atau bank
untuk dapat dimiliki oleh masyarakat. Penawaran uang dapat memengaruhi tingkat
harga, tingkat bunga, dan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Oleh karena
itu, kenaikan penawaran uang dalam perekonomian perlu dikendalikan. Tugas
tersebut dipegang oleh bank sentral.

 

Faktor-faktor
yang memengaruhi penawaran uang diantaranya sebagai berikut:

 

a.    Tingkat pendapatan riil, yaitu
tingkat pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat dan telah
memperhitungkan unsur inflasi.

 

b.    Kebutuhan pemerintah, untuk
memenuhi anggaran, untuk menekan tingkat inflasi (kenaikan harga) dan untuk
menambah jumlah uang yang beredar.

c.   
Tingkat suku
bunga

d.   
Tingkat harga
yang berlaku di pasar

e.   
Selera masyarakat

f.     Sistem pembayaran dan kebijakan moneter atau penciptaan uang yang baru untuk menambah jumlah uang yang beredar.

 

Kurva penawaran
uang

Penawaran
uang pada umumnya berasal dari bank, dalam hal ini bank akan memberikan kredit
kepada masyarakat. Oleh karena itu tingkat suku bunga (r) sangat berpengaruh
dalam penawaran uang. Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva penawaran uang
berikut:

 

Bunga                                              MS

 

 

r1

 

r0

 

 

 

0                        M0        M1                  Jumlah uang riil

 

Pada saat tingkat suku bungan r0
penawaran uang pada bank umum adalah M0, dan ketika tingkat suku bunga naik
menjadi r1 maka jumlah penawaran uang di bank umum menjadi M1.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agus Mahfudz dkk. 2009. Ekonomi untuk kelas XI
SMA/MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

 

Alam S. 2017. Ekonomi kelas XI untuk
SMA/MA
. Jakarta: Esis

 

Chumidatus Sa’dyah &Kustan Santana. 2009. Ekonomi
Untuk kelas XII SMA dan MA
. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional

 

Endang Mulyani. 2019. Ekonomi SMA
Kelas XI Edisi 6
. Surakarta: Tiga Serangkai

 

Ismawanto. 2009. Ekonomi Untuk SMA dan
MA kelas XI
. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional

 

Mimin Nur Asiah. 2009. Ekonomi kelas
XI untuk SMA dan MA
. Jakarta: Pusat Perbukuan Nasional

 

https://katadata.co.id/happyfajrian/finansial/5e9a41f5ba316/modal-asing-kabur-rp-15-t-dari-bursa-saham-saham-berikut-jadi-korban (Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

http://kinjengarga.blogspot.com/2016/12/uang-di-kilo-akibat-inflasi.html (Diakses pada
tanggal
27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

https://www.jd.id/news/insight/keuangan/hati-hati-penipuan-kartu-kredit-ketahui-modusnya-dan-berikut-tips-mencegahnya/ (Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200302/259/1207806/431-juta-wajib-pajak-sudah-lapor-spt-pajak-2020-sisanya-kemana (Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

https://slideplayer.info/slide/13533759/ (Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

http://www.uajy.ac.id/berita/fakultas-ekonomi-uajy-gelar-sosialisasi-surat-utang-negara-sun/ (Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020 jam 09.17)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

40

@2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *