BAB VI
DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN
A.
Pengertian Atmosfer
Atmosfer berasal dari Bahasa Yunani, atmos =
uap dan sphaira =
bola. Jadi, atmosfer dapat
diartikan sebagai selubung uap yang menyelimuti bumi. Keadaan atmosfer pada
suatu saat dan wilayah yang sempit dinamakan cuaca yang dipelajari secara khusus oleh ilmu Meterologi, sedangkan rata-rata dari cuaca dalam periode yang
panjang disebut iklim yang dipelajari
secara oleh ilmu Klimatologi. Atmosfer
memilik sifat-sifat sebagai berikut:
1. Tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali dalam bentuk angin.
2.
Dinamis dan elastis, sehingga dapat
mengembang dan mengkerut serta dapat
bergerak atau berpindah.
3.
Transparan terhadap beberapa bentuk
radiasi.
4.
Mempunyai massa sehingga menimbulkan tekanan.
B.
Komposisi Atmosfer
Bumi
diselubungi oleh lapisan udara yang terdiri dari berbagai unsur gas, debu, dan
air. Unsur-unsur gas yang menyusun atmosfer terutama adalah unsur Nitrogen dan
Oksigen. Selain berupa gas-gas di atmosfer juga terdapat debu dan air
(hidrometeor).
Tabel 1.
Komposisi Atmosfer
Unsur | Simbol | Volume |
Nitrogen | N2 | 78,08 |
Oksigen | O2 | 20,95 |
Argon | Ar | 0,93 |
KarbonDioksida | CO2 | 0,35 |
Neon | Ne | 0,0018 |
Methan | CH4 | 0,00017 |
Helium | He | 0,0005 |
Hidrogen | H2 | 0,00005 |
Xenon | Xe | 0,000009 |
Ozon | O3 | 0,000004 |
Berdasarkan
tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa atmosfer didominasi oleh unsur nitrogen
dan oksigen (± 99%.) Unsur gas yang jumlahnya paling sedikit adalah ozon.
Meskipun jumlah ozon sangat sedikit (0,000004 %) namun unsur ini mempunyai peranan
yang sangat penting, yakni menyerap radiasi ultraviolet sehingga radiasi
ultraviolet yang mencapai permukaan bumi menjadi kecil.
C.
Struktur Atmosfer
Atmosfer
bumi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:
Perhatikan
Gambar!
Gambar 1.
Lapisan Atmosfer
(Sumber
: https://www.zenius.net/prologmateri/geografi/a/818/lapisan-atmosfer)
1. Lapisan troposfer
(0-18 km dpl) memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
1)
Lapisan paling dekat dengan permukaan bumi.
2)
Tempat kejadian fenomena cuaca, seperti
angin, hujan, petir, dan pelangi.
3)
Ketebalan lapisan di
equator sekitar 18 Km dpl dan sekitar kutub hanya 8 Km dpl.
4)
80% masa atmosfer berada di lapisan ini.
5)
Terjadi gradien termometrik (penurunan suhu
0,6° C setiap kenaikan 100 m).
6)
Suhu teratas troposfer -60° C sedangkan
pada permukaan laut daerah tropis sekitar 27°
C.
7)
Terdapat lapisan tropopause (lapisan
antara troposfer dan stratosfer).
2. Lapisan stratosfer (18-60 Km dpl), memiliki
ciri – ciri sebagai berikut:
1)
Terdapat lapisan ozon pada ketinggian 35
Km dpl yang bermanfaat melindungi bumi dari pancaran ultraviolet.
2)
Terdapat lapisan isotermal (18-22 Km
dpl) yang memiliki suhu sekitar 60°C.
3)
Terdapat lapisan inversi (20-60 Km dpl).
4)
Pada lapisan ini pesawat jet terbang.
5)
Terdapat lapisan stratopause (lapisan
antara stratosfer dan mesosfer).
3. Lapisan Mesosfer (60
-80 Km dpl), memiliki ciri- ciri sebagai
berikut:
1)
Melindungi bumi dari benda – benda luar angkasa.
2)
Tempat terjadinya pembakaran benda luar angkasa.
3)
Suhu bagian atas lapisan ini semakin rendah.
4)
Pada ketinggian 80 Km dpl suhu mencapai
-90° C (lapisan paling dingin).
5)
Terdapat lapisan mesopause (lapisan
antara mesosfer dan termosfer).
4. Termosfer (80 – 100 Km dpl),memiliki ciri –ciri sebagai
berikut:
1)
Memiliki temperatur antara -40° C hingga
-5° C.
2)
Terjadi ionisasi sebagian molekul dan
atom udara.
5. Ionosfer (100 – 800 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
1)
Memiliki temperatur antara 0° C – 70° C.
2)
Terjadi ionisasi seluruh atom udara.
3)
Terjadi pemantulan gelombang radio pada
lapisan ini.
4)
Terdapat 3 lapisan, yaitu:
a)
Lapisan E (lapisan Kennely – Heavyside).
b)
Lapisan F (terjadi pemantulan panjang –
pendek gelombang radio).
c)
Lapisan atom .
6. Eksosfer (800 – 1.500 Km dpl), memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1)
Terjadi gerakan atom – atom secara tidak beraturan.
2)
Lapisan paling panas.
3)
Satelit diluncurkan pada lapisan ini.
4)
Disebut juga ruang antar planet dan geostationer.
Atmosfer bumi
mempunyai peranan:
a)
Adanya unsur gas
Nitrogen, Oksigen, dan Karbon dioksida sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di
muka bumi.
b)
Memberikan perlindungan
dari benda-benda luar atmosfer yang masuk ke permukaan bumi.
c)
Menjadi media untuk
proses cuaca. Jika tidak ada atmosfer suhu bumi mencapai 930 C pada siang
hari dan – 1490C
pada malam hari.
d)
Adanya lapisan ozon
(O3) dapat mengurangi radiasi ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi.
D.
Unsur-unsur Cuaca dan Iklim
Cuaca
merupakan keadaan udara pada suatu saat dan suatu tempat tertentu. Hal ini
dapat dilihat bahwa antara pagi dan siang kondisi udara sudah berbeda yang
berarti waktunya pendek dan juga pada waktu yang sama pada daerah yang relatif
dekat, tetapi keadaan udaranya berbeda. Ini berarti bahwa cuaca meliputi
wilayah yang sempit. Keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam
waktu yang lama (30 tahun) disebut dengan iklim.
Unsur-unsur
cuaca dan iklim itu sama yaitu:
1.
Temperatur Udara
Temperatur
udara ialah derajad panas dan dingin udara. Temperatur udara di berbagai tempat
tidak sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur udara
suatu daerah adalah:
a) Sudut
datang sinar matahari
Semakin
tegak sudut datang sinar matahari maka energi panas yang diterima semakin
besar.
b) Lama
penyinaran matahari
Daerah
yang lebih lama menerima radiasi maka daerah tersebut akan semakin panas.
c) Letak
lintang
Makin
dekat dengan equator suhu udara semakin panas.
d) Ketinggian
tempat
Semakin
mendekati daerah pantai maka suhu akan semakin panas (suhu di daerah pegunungan
semakin dingin).
2.
Tekanan Udara
Permukaan
bumi mendapat tekanan dari udara karena udara memiliki masa. Besarnya tekanan udara dapat diukur
dengan barometer. Makin tinggi letak suatu tempat dari muka laut, makin rendah
tekanan udaranya. Hal ini disebabkan oleh makin berkurangnya udara yang
menekan. Tekanan udara dihitung dengan menggunakan milibar. Garis pada peta
yang menghubungkan daerah yang bertekanan udara sama disebut isobar. Barometer aneroid sebagai alat pengukur
ketinggian tempat disebut
altimeter. Altimeter umumya digunakan untuk
mengukur ketinggian pesawat terbang. Tekanan udara pada suatu tempat berubah
sepanjang hari.
3.
Angin
Angin
ialah udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah
bertekanan rendah (minimum). Besarnya kecepatan angin dapat diukur dengan alat
yang dinamakan anemometer. Ada tiga
hal penting yang menyangkut sifat angin, yaitu kekuatan angin, arah angin, dan
kecepatan angin.
1)
Kekuatan Angin.
Kekuatan
angin ditentukan oleh kecepatanya, makin cepat angin bertiup maka makin tinggi
kekuatanya.
2)
Arah Angin
Arah
angin ditentukan oleh dari mana datangnya angin dan bukan kemana angin itu
bergerak. Menurut seorang ahli yang bernama Buys Ballot mengemukakan hukumnya
yang berbunyi :
I.
Udara mengalir dari daerah maksimum ke
daerah minimum.
II.
Udara yang mengalir mengalami pembiasan.
Pada belahan bumi utara, udara atau angin berbelok/membias ke kanan dan di bumi
selatan berbelok/membias ke kiri.
3)
Kecepatan Angin
Kecepatan angin
ditentukan oleh beberapa hal, sebagai berikut:
a)
Kekuatan angin.
Kecepatan angin berbanding lurus dengan
kekuatan angin. Semakin kuat angin berhembus maka semakin besar pula kecepatannya.
b)
Relief permukaan bumi.
Angin bertiup kencang pada daerah yang
reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah
yang reliefnya kasar dan rintangan banyak, maka angin akan berkurang
kecepatanya.
c)
Ada tidaknya tumbuh-tumbuhan.
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat
kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonya jarang maka sedikit sekali
memberi hambatan kecepatan angin.
d)
Tinggi dari permukaan tanah.
Angin yang bertiup dekat dengan
permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi,
sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-
hambatan.
Jenis-jenis angin:
1)
Angin tetap
Angin
tetap adalah angin yang bertiup sepanjang tahun. Angin tetap dibedakan menjadi
berikut:
a) Angin
barat adalah angin yang bertiup dari daerah maksimum sub tropis (300) ke
minimum sub kutub (lintang 600), baik lintang utara maupun lintang selatan.
b) Angin timur adalah angin dingin yang bergerak
dari maksimum kutub (900) ke arah minimum sub kutub (60) baik
lintang utara maupun lintang selatan.
c) Angin pasat adalah angin tetap yang
berasal dari daerah tekanan maksimum subtropics (300-400 LU/LS) menuju kearah daerah tekanan
minimum equator (katulistiwa).
Angin pasat
meliputi:
–
angin pasat di belahan bumi utara
disebut angin pasat timur laut, dan
– angin
pasat di belahan bumi selatan disebut angin pasat tenggara.
Di sekitar
katulistiwa , kedua angin pasat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis
selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal
(konveksi). Daerah pertemuan kedua angin pasat tersebut dinamakan Daerah
Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur selalu tinggi.
Akibat kenaikan massa udara ini , wilayah DKAT terbebas dari adanya angin
topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah Doldrum (wilayah tenang).
d) Angin anti pasat, pada ketinggian
tertentu massa angin pasat naik secara vertikal kembali bergerak mendatar
kearah wilayah subtropis. Angin anti
pasat bergerak meninggalkan katulistiwa menuju daerah maksimum subtropis.
gambar berikut!
Gambar 2.
Pusat-pusat Tekanan Udara dan Sistem Angin Tetap di bumi.
(Sumber: https://geo-media.blogspot.com/2014/10/angin-global.html
)
2)
Angin muson atau angin musim.
Angin
muson atau angin musim adalah angin yang bertiup berhembus secara periodik
berganti arah setiap setengah tahun sekali. Angin muson barat laut terjadi
Antara Oktober-April, dengan letak matahari berada di belahan bumi selatan
terutama Australia lebih banyak menerima panas matahari, sehingga suhu disana
lebih tinggi (tekanan udara rendah). Sedangkan suhu di benua Asia rendah
(tekanan udara tinggi). Angin bergerak dari Asia ke Australia, sehingga
Indonesia terjadi musim penghujan karena di perjalanannya banyak membawa uap
air.
Gambar 3. Angin Muson
Sumber: https://geo-media.blogspot.com/2014/10/angin
global.html )
Angin
muson timur laut terjadi Antara April-Oktober. Pada periode ini matahari berada
pada belahan bumi bagian utara, terutma bagian Asia yang banyak menerima
pemanasan matahari, akibatnya suhu di benua Asia tinggi (tekanan udara rendah)
sedangkan di benua Australia rendah (tekanan udara tinggi). Angin bergerak dari
Australia menuju Asia, sehingga di Indonesia terjadi musim kemarau karena dalam
perjalananya sedikit membawa uap air.
3)
Angin lokal
a)
Angin darat dan angin laut
Pada malam hari,
suhu udara di daratan lebih cepat dingin sehingga tekanan udara di atas daratan
tinggi (maksimum). Sementara itu suhu udara di lautan lambat dingin sehingga
tekanan udaranya rendah (minimum), sehingga angin bergerak dari daratan menuju
ke laut disebut dengan angin darat. Sebaliknya pada siang hari, terjadi
pergerakan udara dari laut menuju darat disebut angin laut.
Gambar 4. Angin darat dan laut
(Sumber: http://www.guruips.com/2017/09/angin-darat-dan-laut-angin-lembah-dan.html
)
b)
Angin lembah dan angin gunung
Angin lembah
adalah angin yang bertiup dari lembah menuju lereng gunung yang terjadi di
siang hari. Sedangkan angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung
menuju lembah, terjadi pada malam hari.
Gambar 5.
Angin lembah dan gunung
Sumber: http://www.guruips.com/2017/09/angin-darat-dan-laut-angin-lembah-dan.html
c)
Angin fohn (angin jatuh).
Angin
Fohn merupakan angin yang sifatnya jatuh atau turun, kering dan panas. Hal ini
karena uap air yang dibawa telah diturunkan sebagai hujan di lereng gunung yang
berhadapan dengan arah datangnya angin.
Gambar 6. Angin
Fohn
(Sumber: http://www.guruips.com/2017/09/angin-darat-dan-laut-angin-lembah-dan.html)
Angin fohn
memiliki nama yang berbeda-beda di banyak daerah. Beberapa angin fohn yang
bertiup di Indonesia sebagai berikut.
a)
Angin Brubu terdapat di Sulawesi Selatan.
b)
Angin Bohorok terdapat di Deli, Sumatra Utara.
c)
Angin Kumbang terdapat di Cirebon, Jawa Barat.
d)
Angin Gending terdapat di Pasuruan dan
Probolinggo, Jawa Timur.
e)
Angin Wambrau terdapat di Papua.
4)
Angin Siklon dan Anti Siklon.
Daerah
depresi adalah daerah yang bertekanan minimum dikelilingi oleh daerah yang
bertekanan maksimum. Di daerah tersebut garis-garis isobarnya tertutup dan
verbal atau ketinggian tekanan udara memusat. Akibatnya terjadi gerakan angin
berputar memusat yang disebut dengan angin siklon. Sebaliknya, daerah kompresi
yaitu daerah yang bertekanan maksimum dikelilingi oleh daerah yang bertekanan
minimum. Pada daerah ini, angin berputar dengan arah yang keluar disebut dengan
angin antisiklon. Arah gerakan kedua jenis angin tersebut sesuai dengan hukum
Buys Ballot. Angin siklon memiliki kecepatan yang sangat kuat sehingga bersifat
merusak. Penyebutan angin siklon untuk masing-masing daerah berbeda- beda.
Contoh:
a)
Angin siklon di Samudra Atlantik disebut Hurricane.
b)
Angin siklon di Laut Cina Selatan
disebut Taifun.
c)
Angin siklon di Teluk Benggala dan Laut
Arab disebut Siklon.
d)
Angin siklon di Amerika daerah tropis
disebut Tornado.
e)
Angin siklon di Asia Barat disebut Sengkejan.
Angin
antisiklon tidak kuat seperti halnya angin siklon. Kondisi cuaca daerah yang
berangin antisiklon, cerah tidak berawan. Angin ini merupakan angin turun,
sehingga lebih panas dan lebih kering dibanding angin siklon.
4.
Awan
Awan
adalah kumpulan uap air dan kristal es pada udara di atmosfer. Awan terjadi
karena adanya pengembunan atau pemadatan uap air yang terdapat di udara setelah
melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat dan
sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu.
Pembagian
jenis awan yang ada sekarang ini adalah hasil dari kongres meteorologi
internasional yang diadakan di Munich, Jerman pada tahun 1802 dan Uppsala,
Swedia pada tahun 1894. Pembagian jenis awan atau taksonomi awan adalah sebagai
berikut:
1)
Awan tinggi, terdapat pada ketinggian
Antara 3-18 km . Awan jenis ini selalu terdiri dari Kristal-kristal es karena
pengaruh letaknya. Awan yang tergolong awan pada jenis ini adalah sebagai berikut:
a)
Cirrus (Ci) : awan jenis ini halus ,
berstruktur seperti serat, atau berbentuk seperti bulu burung. Awan ini sering
tersusun seperti pita yang melengkung di langit, sehigga seakan-akan tampak
bertemu di horizon dan terdapat Kristal es. Awan cirrus tidak menimbulkan hujan.
b)
Cirrostratus (Cs) : bentuknya seperti
kelambu putih yang halus dan rata yang menutup seluruh langit sehingga langit
nampak cerah, atau seperti anyaman yang bentuknya tidak teratur. Awan ini
sering menimbulkam halo (lingkaran bercahaya) yang mengelilingi matahari atau
bulan. Biasanya terjadi pada musim kemarau.
c)
Cirromulus (Cc) : Awan jenis ini
terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sehingga bentuknya seperti
segerombolan domba dan sering menimbulkan bayangan.
2)
Awan Menengah, terdapat pada ketinggian
Antara 2-8 km. awan yang tergolong awan menengah adalah sebagai berikut:
a)
Altocomulus (Ac) : Awan jenis ini
berukuran kecil-kecil tetapi banyak biasanya berbentuk seperti bola yang agak
tebal berwarna putih pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan jenis ini
bergerombol sehingga tampak saling bergandengan.
b)
Altostratus (As) : Awan jenis ini
berukuran luas dan tebal. Warna awan
altostratus kelabu, sehingga dapat menghalangi sebagian sinar matahari sebagian
sinar matahari atau bulan.
3)
Awan Rendah, terdapat pada ketinggian
kurang dari 2 km. Awan yang tergolong dalam awan rendah adalah sebagai berikut:
a)
Stratocumulus (Sc) : Awan jenis ini
bentuknya seperti bola-bola yang sering menutupi seluruh langit sehingga tampak
seperti gelombang di lautan. Lapisan awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.
b)
Stratus (St) : Awan yang rendah dan
sangat luas, tingginya dibawah 2.000
m, melebar seperti kabut dan berlapis-lapis. Kabut dan awan stratus pada
dasarnya tidak berbeda.
c)
Nimbostratus (Ns) : Awan ini bentuknya
tidak menentu, tepinya tidak beraturan. Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan
gerimis saja. Awan ini berwarna putih kelabu dan penyebaranya di langit cukup luas.
4)
Awan yang terjadi karena udara naik,
terdapat pada ketinggian 500-1500 meter.
a)
Cumulus (Cu) : Merupakan awan tebal
dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara
naik. Bila awan ini terkena sinar matahari hanya pada sebelah sisinya, timbul
bayangan berwarna kelabu.
b)
Cumulonimbus (Cb) : Awan jenis ini dapat
menimbulkan hujan dengan kilat Guntur. Awan ini bervolume besar , pososinya
rendah, berpuncak tinggi dan melebar, sehigga merupakan awan yang tebal.
Biasanya di atas awan cumulonimbus terdapat awan cirrostratus. Hal ini sering
terjadi pada waktu angin ribut. Kemampuan
awan menimbulkan hujan tergantung pada musim. Pada musim kering di daerah
dingin, walaupun awannya tebal belum tentu mendatangkan hujan karena dapat
tertiup angin. Pada musim panas di Daerah tropis , walaupun awannya tipis
sering terjadi hujan.
Gambar
7. Jenis-jenis awan
(Sumber:
http://www.obengplus.com/articles/8902/1/Jenis-awan-dapat- diprediksi-apakah-akan-hujan.html)
5.
Kelembaban Udara.
Kelembaban
udara adalah kandungan uap air dalam udara yang berasal dari evaporasi atau
penguapan. Kelembaban udara dibedakan menjadi kelembaban mutlak dan kelembaban
nisbi.
1) Kelembaban
mutlak (kelembaban absolut) adalah bilangan yang menunjukan massa uap air yang
tertampung dalam satu meter kubik udara.
2) Kelembaban
nisbi (kelembaban relatif) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan antara
jumlah uap air yang ada di udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum
yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Untuk menghitung Kelembaban Nisbi dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan =
RH = Kelembaban relatif (%)
e = Jumlah uap air yang secara nyata (mutlak) yang
terkandung dalam udara.
E = Kapasitas maksimal yang mampu dikandung massa udara
(gr/m3),
atau kapasitas tekanan uap maksimal pada suhu yang sama
6.
Curah
Hujan
Kandungan
titik-titik air dalam awan semakin lama semakin tinggi. Apabila awan sudah
tidak mampu lagi menampung titik-titik air karena sudah cukup banyak maka akan
dijatuhkan kembali ke permukaan Bumi dalam bentuk hujan atau presipitasi.
Untuk
mengukur intensitas curah hujan digunakan alat fluviograf atau rain gauge yang
biasa menggunakan skala milimeter. Pada peta cuaca, daerah- daerah yang memiliki
curah hujan dihubungkan dengan garis yang disebut isohiet.
Berdasarkan proses kejadiannya,
kita mengenal tiga macam hujan, sebagai berikut.
1)
Hujan Orografis. Hujan yang terjadi akibat
gerakan massa udara yang mengandung uap air terhalang oleh gunung atau
pegunungan sehingga dipaksa naik ke lereng pegunungan. Sampai pada ketinggian tertentu, kelembaban relatifnya mencapai
100% sampai terbentuk awan. Kumpulan awan itu kemudian dijatuhkan sebagai hujan
orografis. Massa udara yang telah kering karena kadar airnya telah dijatuhkan
sebagai hujan ini, terus bergerak menuruni lereng daerah bayangan hujan disebut
sebagai angin fohn.
Gambar 8. Hujan Orografis
(Sumber: http://www.guruips.com/2017/08/jenis-jenis-hujan-hujan-
2)
Hujan Zenithal (konveksi). Jenis hujan yang
terjadi akibat massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara vertikal.
Pada daerah ini, awan terbentuk akibat pemanasan materi sehingga terjadi
kenaikan massa udara ke atmosfer secara vertikal, sampai pada ketinggian
tertentu kelembaban relatifnya mencapai 100%. Kumpulan awan itu kemudian
dijatuhkan sebagai hujan konveksi. Jenis hujan ini banyak terjadi di daerah doldrum (antara 10°LU–10°LS), di mana
massa angin passat naik secara vertikal.
Gambar 9. Hujan
Zenithal
3)
Hujan Frontal. Jenis hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara
panas dengan massa udara dingin. Akibat pertemuan massa udara yang berbeda
temperaturnya maka pada bidang frontnya terjadi kondensasi dan terbentuk awan
badai siklon, kemudian dijatuhkan sebagai hujan frontal. Jenis hujan ini
terjadi di daerah lintang sedang (antara 35°LU–65°LU dan 35°LS–65°LS), akibat
pertemuan massa udara panas (angin barat) dan massa udara kutub (angin timur).
Sumber: https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/hujan-frontal
E.
IKLIM
1. Pengertian Iklim
dan Klasifikasi Iklim
Iklim
adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan memiliki wilayah yang
luas. Misalnya Indonesia memiliki iklim tropis.
a. Klasifikasi
Iklim Matahari
Iklim
matahari adalah iklim yang pembagiannya berdasarkan banyaknya sinar matahari
yang diterima oleh permukaan bumi. Adapun pembagian daerah iklim matahari
adalah sebagai berikut:
1)
Iklim Tropis (0-23,50 LU dan 0-23,50LS).
a)
Matahari selalu vertikal sehingga suhu
udara rata-rata tinggi (200 C- 300C)
b)
Tekanan udaranya lebih rendah dan
berubah secara perlahan dan beraturan.
c)
Kejadian hujan lebih banyak daripada
banyak wilayah lainnya.
2)
Iklim Subtropis (23,5– 40o LU dan 23,5O– 40 OLS).
a)
Daerah peralihan antar iklim tropis dan
iklim sedang.
b) Terdapat
empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.
c) Pada
musim panas, suhu tidak terlalu panas dan pada musim dingin, suhu juga tidak
terlalu dingin.
d) Jika
hujannya jatuh pada musim dingin disebut iklim Mediterania. Jika hujannya jatuh
pada saat musim panas, disebut iklimTiongkok.
e) Wilayah
yang memiliki iklim subtropis antara lain meliputi sebagian besar Eropa
(kecuali Skandinavia), kawasan Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Barat sebelah
utara, Amerika Serikat, selatan Amerika Selatan, Afrika Utara, selatan Afrika
dan Australia.
3)
Iklim Sedang (400 – 66, 50 LU
dan 400 – 66, 50 LS).
a) Tekanan
udara sering berubah-ubah.
b) Arah
angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu. Kadang menimbulkan badai yang tiba-tiba.
4) Iklim Dingin
(66, 50 – 900 LU dan 66, 50 – 900 LS).
a)
Terdapat iklim tundra, yaitu musim
dingin yang berlangsung lama, sedangkan musim berlangsung singkat, udaranya
kering. Pada musim dingin, tanah selalu membeku karena tertutup oleh lapisan es
dan salju sepanjang tahun. Di musim panas, terdapat banyak rawa akibat es yang
mencair di permukaann tanah. Terdapat lumut-lumutan dan semak-semak. Wilayahnya
meliputi Amerika Utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greendland,
dan Serbia bagian utara.
b)
Terdapat iklim es, yaitu terdapat salju
abadi akibat suhu yang terus- menerus
rendah. Wilayahnya meliputi Kutub Utara, yaitu Greenland dan Antartika di Kutub Selatan.
b. Klasifikasi
Iklim W. Koppen
Koppen membuat sistem penggolongan iklim
dunia berdasarkan unsur-unsur cuaca, meliputi intensitas, curah hujan, suhu,
dan kelembaban. Klasifikasi iklim W.Koppen menggunakan sistem huruf. Kelima jenis iklim tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Iklim A
(Iklim tropis), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin masih lebih dari
18°C. Adapun rata-rata kelembaban udara senantiasa tinggi.
2) Iklim B
(Iklim arid atau kering), ditandai dengan rata-rata proses penguapan air selalu
tinggi dibandingkan dengan curah hujan yang jatuh, sehingga tidak ada kelebihan
air tanah dan tidak ada sungai yang mengalir secara permanen.
3) Iklim C
(Iklim sedang hangat atau mesothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan
terdingin adalah di atas -3°C, namun kurang dari 18°C. Minimal ada satu bulan
yang melebihi rata-rata suhu di atas 10°C. Iklim C ditandai dengan adanya empat
musim (spring, summer, autumn, dan winter).
4) Iklim D
(Iklim salju atau mikrothermal), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terdingin
adalah kurang dari –3°C.
5) Iklim E
(Iklim es atau salju abadi), ditandai dengan rata-rata suhu bulan terpanas
kurang dari 10°C. Di kawasan iklim E tidak terdapat musim panas yang jelas.
Huruf kedua menunjukkan tingkat
kelembaban, tingkat kekeringan, atau kebekuan wilayah. Untuk tipe iklim A, C,
dan D huruf keduanya antara lain:
1)
huruf f menunjukkan lembap, ditandai dengan curah hujan cukup setiap
bulan dan tidak terdapat musim kering;
2)
huruf w menandai periode musim kering jatuh pada musim dingin (winter);
3) huruf s menandai periode musim kering jatuh
pada musim panas (summer);
4)
huruf m menunjukkan muson, ditandai dengan adanya musim kering yang jelas
walaupun periodenya pendek.
Khusus untuk tipe iklim B, huruf
keduanya adalah:
1)
huruf s (steppa atau semi arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan
tahunan berkisar antara 380 mm – 760 mm, dan
2)
huruf w (gurun atau arid), ditandai dengan rata-rata curah hujan tahunan
kurang dari 250 mm.
Khusus
untuk tipe iklim E, huruf keduanya adalah:
1) huruf t artinya tundra;
2) huruf f artinya salju abadi (senantiasa tertutup es);
3) huruf h artinya iklim salju pegunungan tinggi.
Kombinasi dari kedua kelompok
huruf dalam sistem penggolongan iklim Koppen adalah sebagai berikut:
1)
Af artinya
iklim hutan hujan tropis.
2)
Aw artinya
iklim savana tropis.
3)
Am artinya
pertengahan antara iklim hutan hujan tropis dan savana.
4)
BS artinya
iklim steppa.
5)
BW artinya
iklim gurun.
6)
Cw artinya
iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan winter yang kering.
7)
Cs artinya
iklim mesothermal lembap (iklim hujan sedang) dengan summer yang kering.
8)
Cf
artinya iklim mesothermal lembap (iklim hujan
sedang) dan lembap sepanjang tahun.
9)
Df
artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju
dingin) dan lembap sepanjang tahun.
10)
Dw
artinya iklim mikrothermal lembap (iklim hutan salju
dingin) dengan winter yang kering.
11) ET artinya iklim tundra.
12)
EF artinya
iklim kutub (senantiasa beku).
13)
EH artinya
iklim salju pegunungan tinggi.
Menurut Koppen di Indonesia
terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan
D. Af dan Am terdapat di
daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw terdapat
di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah
di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C terdapat di hutan-hutan daerah
pegunungan. D terdapat di pegunungan
salju Irian Jaya.
c. Klasifikasi
Iklim Fisis
Iklim
fisis adalah klasifikasi iklim yang pembagiannya berdasarkan kondisi sebenarnya suatu daerah sebagai hasil
pengaruh keadaan alam dan lingkungan sekitarnya. Faktor yang berpengaruh antara
lain daratan yang luas, lautan, angin, arus laut, vegetasi, dan topografi.
Iklim ini dapat dibedakan menjadi:
1)
Iklim Laut
Iklim
laut terletak di daerah yang dikelilingi oleh lautan. Ciri-cirinya antara lain
penguapan tinggi, udara selalu lembap, langitnya tertutup awan, perbedaan suhu
antara siang dan malam hari rendah, serta memiliki curah hujan yang rendah,
serta memililki curah hujan yang tinggi.
2)
Iklim Darat
Iklim
darat adalah iklim yang tidak dipengaruhi oleh angin laut karena letaknya di
tengah-tengah benua. Ciri-cirinya antara lain kelembaban udara rendah,
perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat mencolok sehingga
memungkinkan adanya padang rumput.
3)
Iklim Gunung
Iklim
gunung adalah iklim yang terdapat di dataran tinggi. Ciri-cirinya antara lain
terdapat di daerah yang beriklim sedang, hujan banyak terjadi di lereng yang
menghadap angin dan kadang banyak turun salju.
4)
Iklim Musim
Iklim
musim adalah iklim yang terdapat di daerah yang dilalui oleh angin musim
sehingga musim berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya antara lain
setengah tahun angin laut basah yang menimbulkan hujan dan setengah tahun
bertiup angin darat yang kering sehingga menimbulkan musim kemarau.
d. Iklim Menurut
Schmidt-Ferguson
Klasifikasi
iklim menurut Schmidt-Fergusson adalah klasifikasi iklim yang banyak digunakan
dalam bidang perkebunan dan pertanian. Klasifikasi iklim ini dibuat berdasarkan
kondisi iklim di daerah tropis. Dasarnya adalah jumlah curah hujan yang jatuh
setiap bulan dan tingkat kebasahan yang disebut gradien (Q). Gradien Q adalah
persentase nilai perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah
rata-rata bulan basah.
Untuk menentukan bulan basah dan
bulan kering dengan menggunakan metode Mohr. Menurut Mohr suatu bulan dikatakan:
a)
bulan kering, yaitu bulan-bulan yang
curah hujannya kurang dari 60 mm;
b)
bulan basah, yaitu bulan-bulan yang
curah hujannya lebih dari 100 mm;
c)
bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang
curah hujannya antara 60–100 mm. Penentuan iklim Schmidt-Fergusson dapat ditentukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Makin
besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim
semakin basah.
Ketentuan
dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.
a)
Tipe Iklim A (sangat basah), jika nilai
Q antara 0%–14,33%.
b) Tipe
Iklim B (basah), jika nilai Q antara 14,33%–33,3%.
c)
Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q
antara 33,3%–60%.
d)
Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q
antara 60%–100%.
e)
Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q
antara 100%–167%.
f)
Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q
antara 167%–300%.
g)
Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai
Q antara 300%–700%.
h)
Tipe Iklim H (kering sangat ekstrim),
jika nilai Q lebih dari 700%.
e. Klasifikasi
Iklim Junghuhn
Seperti
halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman
perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari
Belanda bernama Junghuhn membuat
penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa
berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan
yang cocok hidup pada suatu kawasan pada ketinggian dan suhu tertentu. Jadi
dasar klasifikasi iklim Junghuhn ialah ketinggian tempat, suhu udara, dan
vegetasi yang tumbuh di tempat itu.
Junghuhn
membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut
sebagai berikut ini.
Gambar 11. Diagram
Iklim Junghuhn
Sumber:
https://www.siswapedia.com/iklim-menurut-schmidt-ferguson-oldeman-dan-junghuhn/
1)
Zone Iklim Panas, antara ketinggian
0–600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C.
2)
Daerah ini sangat cocok untuk ditanami
padi, jagung, tebu, dan kelapa.
3)
Zone Iklim Sedang, antara ketinggian
600–1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara
15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh,
karet, kopi, dan kina.
4)
Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian
1.500–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara
11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk
ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa
jenis buah-buahan.
5)
Zone Iklim Dingin, antara ketinggian
2.500–4.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang
dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.
6)
Zone Iklim Salju
Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut.
2. Perubahan Iklim Global
Perubahan
iklim adalah suatu perubahan unsur-unsur iklim yang memiliki kecenderungan naik
atau turun secara nyata.
a.
Faktor Penyebab Perubahan Iklim Global
Perubahan
iklim secara global disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer.
Hal ini terjadi sejak revolusi industri yang membangun sumber energi yang
berasal dari batu bara, minyak bumi dan gas, yang membuang limbah gas di
atmosfer, seperti Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), dan Nitro oksida (NO).
Matahari
yang menyinari bumi juga menghasilkan radiasi panas yang ditangkap oleh
atmosfer sehingga udara bersuhu nyaman bagi kehidupan manusia. Jika kemudian
atmosfer bumi dijejali gas, terjadilah efek selimut seperti yang terjadi pada
rumah kaca, yakni radiasi panas bumi yang lepas ke udara ditahan oleh selimut
gas sehingga suhu mengalami kenaikan dan menjadi panas. Semakin banyak gas
dilepas ke udara, semakin tebal selimut bumi, semakin panas pula suhu bumi.
Aktivitas manusia dapat memengaruhi
terjadinya gangguan dan perubahan iklim secara global, antara lain sebagai
berikut.
1)
Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
Secara
umum, bumi memiliki fungsi memantulkan cahaya matahari dalam bentuk sinar
inframerah ke atmosfer. Kemudian sinar inframerah tersebut akan diserap (absorpsi) kembali oleh gas-gas atau zat-zat
yang ada di atmosfer, sehingga keadaan bumi menjadi tetap hangat atau panas
walaupun pada saat malam hari.
Gas
atau zat-zat yang berfungsi menyerap dan menahan pantulan sinar inframerah dari bumi disebut
gas-gas rumah kaca (green house glasses)
karena seolah-olah gas-gas itu berfungsi sebagai kaca pada suatu
rumah kaca. Tertahannya sinar inframerah oleh gas-gas rumah kaca, mengakibatkan
terjadinya kenaikan suhu udara di muka bumi yang disebut efek rumah kaca (green house effect). Naiknya suhu
udara di bumi secara menyeluruh disebut pemanasan global (global warming). Akibat dari banyaknya CO, CFC, dan gas- gas rumah
kaca lainnya yang dilepaskan ke atmosfer, maka suhu udara di bumi akan semakin
cepat meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan gangguan dan perubahan
iklim secara global. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pencairan es atau
salju di kedua kutub bumi dan naiknya permukaan air laut secara keseluruhan
sehingga memungkinkan tergenangnya kota-kota di sepanjang pantai.
2)
Penipisan Lapisan Ozon (Ozon Deplation)
Lapisan ozon adalah lapisan tipis yang
banyak mengandung gas ozon (O) yang terdapat pada bagian stratosfer yang
berfungsi antara lain menyerap (absorption)
dan memantulkan (reflection) radiasi
sinar ultraviolet (UV) dari matahari sehingga sinar yang sampai ke permukaan
bumi tidak berlebihan.
Meningkatnya
aktivitas manusia di berbagai negara mengakibatkan keberadaan lapisan ozon
tersebut menjadi semakin menipis. Di beberapa lokasi terutama kutub utara dan
selatan bumi dalam keadaan berlubang. Aktivitas manusia yang berperan dalam
penipisan lapisan ozon, antara lain aktivitas manusia dalam bidang industri.
Industri banyak mengemisikan CFC dari limbah pabrik berupa gas dari pabrik,
refrigrator, AC (Air Conditioner),
dan aerosol.
Akibat
dari menipisnya lapisan ozon pada atmosfer bumi, membawa konsekuensi, sebagai
berikut.
a)
Perubahan iklim global, hal ini
disebabkan sinar matahari yang mengarah
ke bumi biasanya sebagian besar dipantulkan kembali ke jagat raya dan
sebagian diserap oleh atmosfer bumi serta sebagian kecil lainnya sampai ke
permukaan bumi. Akibat dari menipisnya lapisan ozon yang merupakan bagian dari
atmosfer bumi, sinar matahari dapat secara langsung sampai ke permukaan bumi
tanpa melalui adanya proses pemantulan (refleksi) dan penyerapan (absorpsi). Akibatnya,
suhu udara di bumi akan lebih cepat panas dan pada akhirnya akan mengakibatkan
terjadinya perubahan iklim di bumi secara global.
b)
Bahaya terhadap kelangsungan makhluk
hidup di bumi, hal ini disebabkan radiasi sinar matahari terutama ultraviolet
yang sampai ke permukaan bumi dapat mencapai jumlah yang sangat berlebihan. Hal
ini dapat menimbulkan berbagai akibat, seperti timbulnya penyakit kanker kulit,
katarak, proses penuaan kulit menjadi lebih cepat, dan menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Radiasi ultraviolet
juga mengakibatkan terganggunya fotosintesis pada tumbuhan di darat maupun di
laut sehingga rantai makanan menjadi terganggu dan mengalami ketidakseimbangan.
3)
Dampak Perubahan Iklim Global
Dampak perubahan iklim secara
global, antara lain sebagai berikut:
a)
Mencairnya bongkahan es di kutub
sehingga permukaan laut naik.
b)
Air laut naik dapat
menenggelamkan pulau dan menghalangi mengalirnya air sungai ke laut dan pada
akhirnya menimbulkan banjir didataran rendah.
c)
Suhu bumi yang panas
menyebabkan mengeringnya air permukaan sehingga air menjadi langka.
d) Meningkatnya
risiko kebakaran hutan.
e)
Terjadinya perubahan pada cuaca dan iklim.
f)
Mengakibatkan El Nino dan La Nina.
El
Nino dan La Nina merupakan gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino
adalah peristiwa memanasnya suhu permukaan air laut di pantai barat
Peru–Ekuador (Amerika Selatan) yang mengakibatkan gangguan iklim secara global.
Biasanya, suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya arus
dari dasar laut menuju permukaan (upwelling).
Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di
sekitar hari Natal (akhir Desember).
Sejak 1980, telah terjadi lima kali El
Nino di Indonesia, yaitu pada 1982, 1991, 1994, dan 1997/98. El Nino tahun
1997/98 menyebabkan kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran
hutan yang hebat di berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun dratis,
yang kemudian disusul krisis ekonomi.
El
Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama di
Afrika sehingga terjadi kelaparan di Ethiopia dan negara-negara Afrika Timur
lainnya. Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El Nino
menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan karena melemahnya upwelling.
La
Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal
berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan
air laut yang panas di pantai Peru – Ekuador kembali bergerak ke arah barat,
air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi
cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca
yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino.
Perjalanan
air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah
Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan.
3. Pengaruh Cuaca
dan Iklim bagi Kehidupan
Cuaca
dan iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Misalnya dapat dimanfaatkan bagi sektor pertanian, perkebunan, dan
transportasi.
a.
Pemanfaatan
Cuaca dan Iklim dalam Bidang Pertanian.
Bagi
Indonesia yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris,
karakter iklim seperti curah hujan, suhu, dan musim sangat mempengaruhi pola
kehidupannya. Pada zaman dahulu ketika pengetahuan cuaca dan iklim belum
berkembang, nenek moyang kita sudah memanfaatkan datangnya musim bagi pola
tanam. Mereka berpendapat bahwa bulan-bulan yang berakhiran kata ber
(September, Oktober, November, dan Desember) merupakan musim hujan. Pada musim
hujan, para petani mulai turun ke sawah dan ladang untuk mengolah lahan.
Melalui
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, faktor- faktor iklim
benar-benar dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan kecocokan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan di suatu tempat. Misalnya, tanaman padi sangat
cocok jika dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim panas,
sedangkan perkebunan hortikultur sangat baik dikembangkan di dataran tinggi
yang suhunya relatif sejuk.
b. Pemanfaatan
Cuaca dan iklim dalam bidang perikanan.
Para
nelayan tradisional sering kali memanfaatkan pola angina dan musim pada
aktivitas mencari ikan. Sebagai contoh, pada zaman dulu para nelayan
memanfaatkan angin darat dan angin laut untuk pergi dan pulang menangkap ikan
di laut. Selain itu, para nelayan jarang mencari ikan pada periode berembusnya
angin barat, karena sering terjadi angin ribut dan disertai hujan lebat.
c. Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Komunikasi.
Salah
satu lapisan atmosfer Bumi adalah ionosfer yang memiliki kemampuan memantulkan
gelombang radio. Sifat fisik lapisan ini dimanfaatkan manusia dalam bidang
komunikasi untuk penyiaran radio, sehingga arus informasi dapat dengan mudah
dan cepat diterima oleh masyarakat.
d.
Pemanfaatan
Cuaca dan Iklim dalam Bidang Transportasi.
Dalam
bidang transportasi, faktor-faktor cuaca seperti pola angin dan curah hujan
sangat mempengaruhi kelancaran jalur transportasi, baik transportasi laut
maupun udara. Sebagai contoh jalur pelayaran akan sangat terganggu jika terjadi
angin ribut atau badai yang disertai hujan lebat. Demikian pula dalam sistem
transportasi udara.
e.
Pemanfaatan
Cuaca di Bidang Industri
Pada
industri tradisional banyak yang masih bergantung pada kondisi cuaca. Industri
itu umumnya yang membutuhkan panas Matahari, antara lain industri genteng, batu
bata, dan kerupuk.
4. Lembaga-lembaga
yang menyediakan dan memanfaatkan data cuaca dan iklim di Indonesia.
1) Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
2) Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
DAFTAR
PUSTAKA
Shindu P, Yashinto. 2016. Geografi
untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Pratomo, Agus. 2020. Modul Pembelajaran
SMA Geografi Kelas X. Jakarta: Kemendikbud
https://www.zenius.net/prologmateri/geografi/a/818/lapisan-atmosfer,
(diakses hari Selasa tanggal 22 Juni 2021)
http://www.guruips.com/2017/09/angin-darat-dan-laut-angin-lembah-dan.html,
(diakses hari Selasa tanggal 22 Juni 2021)
Siswapedia
Tim. 2012. Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson, Oldeman, dan Junghuhn. (https://www.siswapedia.com/iklim-menurut-schmidt-ferguson-oldeman-dan-junghuhn/,
diakses hari Jum’at tanggal 25 Juni 2021)
Fatma, Desi.
2016. Hujan Frontal:Pengertian-Proses, Manfaat dan dampaknya. https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/hujan-frontal,
diakses hari Jum’at tanggal 25 Juni 2021)
Kompas.
2020. Jenis-jenis Hujan:Orografis, Konveksi, dan Frontal. (https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/01/180000069/jenis-jenis-hujan–orografis-konveksi-dan-frontal?page=all,
diakses hari Jum’at tanggal 25 Juni 2021)