PERISTIWA SEKITAR KEMERDEKAAN

Loading

 

PROKLAMASI
KEMERDEKAAN

PERDEBATAN GOLONGAN TUA DAN
MUDA

    Bom atom yang dijatuhkan oleh Sekutu di
Hiroshima dan Nagasaki sampai 
juga ke telinga para aktivis pergerakan. Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga
tokoh 
Indonesia yaitu, Soekarno, Moh. Hattaa, dan Radjiman Wedyodiningrat terbang ke Dalat, Vietnam menemui Marsekal Terauchi. Sehari setelahnya, tanggal 10 Agustus 1945 tokoh golongan muda Sutan Syahrir mendengar siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) tentang kekalahan Jepang dan
kemungkinan 
akan menyerah kepada Sekutu. Berita kekalahan tersebut dalam waktu singkat, menyebar ke kalangan aktivitas pergerakan, baik Golongan Muda dan Golongan Tua. Terlebih pemanggilan ketiga tokoh nasional Indonesia ke Vietnam menambah keyakinan para aktivis pergerakan, bahwa kemerdekaan Indonesia menjadi agenda pembicaraan.

    Sepulangnya ke Indonesia, Mohammad Hatta
bertemu dengan Sutan 
Syahrir membicarakan terkait Proklamasi Indonesia. Syahrir berpendapat Golongan Tua harus segera cepat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tetapi hal ini dibantah oleh Hatta, dikarenakan proklamasi Indonesia akan diserahkan kepada PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang telah dibentuk. Syahrir berpendapat lain, menurutnya kemerdekaan jangan dilakukan melalui PPKI, karena Sekutu akan mengecap kemerdekaan sebagai buatan Jepang, sebaiknya Soekarno sendiri yang menyatakan kemerdekaan di corong radio sebagai pemimpin rakyat. Perdebatan antara Hatta dan Syahrir
menjadi polemik diantara golongan 
muda dan golongan tua. Inti dari perdebatan bukan pada ada atau tidak pelaksanaan proklamasi, melainkan beberapa hal seperti:
  1. Bagaimana proklamasi itu dilaksanakan
  2. Apakah ada campur tangan Jepang atau tidak dalam pelaksanaan proklamasi

Soekarno dan Hatta menghendaki sikap yang
kooperatif dengan Jepang, 
dimana hal-hal mengenai proklamasi harus dikonsultasikan dengan pihak Jepang, jadi menurut Soekarno tidak perlu tergesa-gesa. Ada dua pertimbangan Soekarno mengenai pendapatnya, yaitu: 1) Militer Jepang masih ada di Indonesia, proklamasi tanpa izin Jepang ditakutkan akan memicu pertumpahan darah. 2) Jepang telah berjanji akan melaksanakan proklamasi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 melalui PPKI.

Sekali lagi, pertimbangan dari Soekarno
ditolak oleh Golongan Muda. 
Menurut Golongan Muda kemerdekaan Indonesia harus diraih dengan pengorbanan dan perjuangan rakyat sendiri, bukan campur tangan Jepang. Menunggu persetujuan PPKI, organisasi bentukan Jepang walaupun anggotanya orang Indonesia, sama saja dengan menyetujui kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Pemerintah Jepang. Golongan muda juga siap melakukan perlawanan, apabila militer Jepang turut campur tangan dalam proses kemerdekaan Indonesia

 

PERISTIWA
RENGASDENGKLOK

       Apakah kalian pernah mendengar
Rengasdengklok? Berbicara mengenai 
proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pasti akan selalu dikaitkan dengan peristiwa Rengasdengklok. Untuk mengetahui peristiwa Rengasdengklok bacalah ulasan berikut ini!

     Peristiwa Rengasdengklok disebabkan karena
para pemuda gagal 
memaksa golongan tua untuk secepat mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Menurut Golongan Muda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan

    Malam hari di Tanggal 15 Agustus 1945,
sebelum terjadi peristiwa 
Rengasdengklok, golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di ruangan Lembaga Bakteriologi Pegangsaan Timur, yang dipimpin oleh Chaerul Saleh. Keputusan rapat yang menunjukan tuntutan-tuntutan radikal golongan pemuda yang diantaranya menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantunggantungkan pada orang dan kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta agar supaya mereka turut menyatakan proklamasi.

    Keputusan rapat tersebut kemudian
disampaikan oleh Wikana dan Darwis jam 22.00 WIB di rumah kediaman Ir.
Soekarno, Pegangsaan Timur (Sekarang jalan Proklamasi) 56, Jakarta. Tuntutan
Wikana agar proklamasi dinyatakan oleh Ir. Soekarno pada keesokan harinya telah
menegangkan suasana karena ia mengatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah
jika keinginan mereka tidak dilaksanakan. Mendengar ancaman itu, Ir. Soekarno
menjadi sangat marah dan melontarkan kata-kata yang bunyinya sebagai berikut:
“Inilah
leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas
tanggung 
jawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan kepada wakilwakil
PPKI besok
”. Suasana hangat itu disaksikan oleh golongan nasionalis angkatan
tua lainnya seperti Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Achmad Subardjo
dan Iwa Kusumasumantri.

    Nampak adanya perbedaan pendapat, dimana
golongan pemuda tetap 
mendesak agar besok tanggal 16 agustus 1945 dinyatakan proklamasi, sedangkan golongan pemimpin angkatan tua masih menekankan perlunya diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. Perbedaan pendapat itu telah membawa golongan pemuda kepada tindakan selanjutnya yakni menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke

Rengasdengklok. Tindakan itu berdasarkan keputusan rapat terakhir yang diadakan pada jam 24.00 WIB menjelang tanggal 16 agustus 1945 di Cikini 71, Jakarta. Rapat selain dihadiri oleh pemuda-pemuda yang berapat sebelumnya di ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, Juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi (barisan pelopor), Shodanco Singgih (Daidan Peta Jakarta Syu).

    Mereka telah bersepakat untuk melaksanakan
keputusan rapat pada 
waktu itu, yaitu antara lain, menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta keluar kota, dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Demikianlah pada tanggal 16 agustus 1945 jam 04.00 WIB terjadi peristiwa

penculikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta untuk dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok

    Soekarno, Hatta yang disertai Fatmawati
dan Guntur Soekarno Putra dibawah ke 
rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Para pemuda berusaha meyakinkan kedua tokoh tersebut agar berusaha segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan tentara Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno
bahwa 
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun resikonya

    Di sana, mereka meyakinka Soekarno dan
Hatta bahwa Jepang benar-benar sudah menyerah. Kemudian mereka mencoba membujuk
keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sukarni bersikeras bahwa
ada 15.000 pemuda bersenjata di pinggir-pinggir Jakarta yang siap memasuki ibu
kota begitu proklamasi dikumandangkan. 
Namun, upaya itu tidak terlalu berhasil. Sementara itu, di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili oleh Achmad
Subardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di
Jakarta. Golongan muda mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebarjo ke Rengasdengklok.
Selanjutnya mereka menjemput Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebarjo
berhasil meyakinkan kepada para pemuda untuk tidak terburu-terburu memproklamasikan
kemerdekaan.

 

PENYUSUNAN
TEKS PROKLAMASI

            Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945,
setelah sampai di Jakarta rombongan 
Soekarno-Hatta diantar oleh Laksamana Maeda ke rumah Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto (Kepala pemerintahan militer Jepang di Indonesia). Namun Ia tidak mau
menerima rombongan Soekarno-Hatta. Lantas memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi 
Nishimura (Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang) untuk
menerima kedatangan Soekarno-Hatta. Nishimura memberi kabar mengejutkan, bahwa
Tokyo tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan Indonesia, dikarenakan
perjanjian antara Sekutu dan Jepang, yang mengharuskan Jepang menjaga
status
quo
di wilayah jajahan Jepang, salah satunya Indonesia

            Tidak puas dengan jawaban Nishimura,
rombongan Soekarno-Hatta kembali ke kediaman Laksmana Maeda, di Jalan Imam
Bonjol No 1. guna menyiapkan teks proklamasi. Turut bersama rombongan adalah,
Achmad Soebarjo, Sukarni, BM Diah, Sudiro, Sayuti Melik.

    Tanggal 17 Agustus dini hari, di rumah
Laksamana Maeda, tepatnya di ruang makan, 
disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh nasional yang
menyusun 
teks Proklamasi yaitu, Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Soekarno yang menulis naskah Proklamasi, sedangkan Moh. Hatta dan Achmad Soebarjo menyumbangkan ide secara lisan. Kalimat pertama merupakan buah pemikiran Achmad Soebarjo, sedangkan kalimat terakhir ide dari Moh. Hatta.

    Soekarno kemudian meminta persetujuan
kepada semua yang hadir. Sukarni 
mengusulkan teks Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas
nama 
bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima, naskah Proklamasi kemudian diserahkan. kepada Sayuti
Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan-perubahan yang 
disepakati

    Usai penandatanganan, mereka merundingkan
lokasi pelaksanaan Proklamasi. 
Semula disepakati dilaksanakan di Lapangan Ikada Jakarta. Namun khawatir akan memicu bentrokan dengan tentara Jepang, akhirnya disepakati pelaksanaan
Proklamasi 
diselenggarakan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta
(sekarang 
Jalan Proklamasi No 1) pada pukul 10.00 WIB.

    Menjelang pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan 
Timur No 56 terlihat sibuk. Walikota Jakarta saat itu Soewiryo memerintahkan
Mr. Wilopo 
untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Suhud diperintahkan mencari tiang bendera, dengan menggunakan sebatang bambu. Bendera merah-putih yang dijahit Fatmawati juga disiapkan.

    Pada pukul 10.00 WIB pembacaan proklamasi
dimulai. Sebelum membacakan naskah 
proklamasi, Soekarno terlebih dahulu menyampaikan pidato pengantar. Setelah
pembacaan teks proklamasi selesai, Suhud dan Latief Hendraningrat mengibarkan bendera
merah-putih. Pada saat bendera dikibarkan semua yang hadir dengan spontan menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya sambutan Walikota Jakarta, Soewiryo dan Barisan
Pelopor, dr. Muwardi.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *