ORGANISASI SEMI MILITER MASA PENDUDUKAN JEPANG

Loading

 

ORGANISASI
SEMI MILITER

SEINENDAN

            Seinendan (Korps Pemuda) adalah
organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya, anggota
Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan
adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk
mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam
perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh
karena itu,Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi
Seinendan. Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan
garis belakang.

Pengkoordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa setempat.
Misalnya di daerah tingkat syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga di
daerah ken, ketuanya kenco sendiri dan seterusnya. Untuk memperbanyak jumlah
Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan bagian putri yang disebut Josyi
Seinendan. Sampai pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu
mencapai sekitar 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi
anggota Seinendan antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat.

 

KEIBODAN

            Organisasi Keibodan (Korps
Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang
berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah
mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya,
para anggota Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan
dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu
tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu
anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina keibodan adalah Departemen
Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh Bagian Kepolisian
(Keisatsubu). Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk Keibodan yang
dinamakan Kakyo Keibotai.

Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan maka Jepang mengadakan
program latihan khusus untuk para kader. Latihan khusus tersebut
diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu latihan
tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi secara
langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh kaum
nasionalis.

Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah daerah seluruh
Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatra disebut Bogodan
dan di Kalimantan disebut Borneo Konan Kokokudan. Jumlah anggota Seinendan
diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan mencapai sekitar satu juta
anggota

 

BARISAN
PELOPOR

            Pada pertengahan tahun 1944,
diadakan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan
rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan
kesadaran yang mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan
membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah
airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu
maka pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru yang
dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran
rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan
Indonesia.Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena
pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir.Sukarno, yang dibantu oleh R.P.
Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.

Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi
ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya menggunakan
peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing. Di samping
itu, mereka juga dilatih bagaimana menggerakkan massa, memperkuat pertahanan,
dan hal-hal lain yang

berkaitan
dengan kesejahteraan rakyat. Keanggotaan dari Barisan Pelopor ini mencakup
seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah, atau
bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang heterogen ini
justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang tinggi, sehingga timbul
ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang tinggi. Barisan Pelopor ini
berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Anggotanya mencapai 60.000 orang. Di
dalam Barisan Pelopor ini, dibentuk Barisan Pelopor Istimewa yang anggotanya
dipilih dari asrama-asrama pemuda yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor
Istimewa berjumlah 100 orang, di antaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur,
dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Barisan Pelopor
Istimewa berada di bawah kepemimpinan para nasionalis. Oleh karena itu,
organisasi Barisan Pelopor ini berkembang pesat. Dengan adanya organisasi ini,
semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi
berkobar.

 

HIZBULLAH

            Pada tanggal 7 September 1944, PM
Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara
keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang mulai
merasakan berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah
kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan
khusus dan pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang. Rencana Jepang untuk membentuk
pasukan khusus Islam tersebut, cepat tersebar di tengah masyarakat. Rencana ini
segera mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun
motivasinya berbeda. Begitu pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut
dengan penuh antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk
membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan
untukpersiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan hal itu
maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk membentuk pasukan sukarelawan
yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15
Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah
(Tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut:

·        
Sebagai
tentara cadangan dengan tugas:

a)     
melatih
diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat nya,

b)     
membantu
tentara Dai Nippon

c)     
menjaga
bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan

d)     
menggiatkan
dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen tingan perang.

·        
Sebagai
pemuda Islam, dengan tugas:

a)     
menyiarkan
agama Islam,

b)     
memimpin
umat Islam agar taat menjalankan agama, dan

c)     
membela
agama dan umat Islam Indonesia.

untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk
pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul
Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto
Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto. Setelah itu, dibuka
pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap pertama pendaftaran melalui
Syumubu (kantor Agama). Setiap keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda
Islam, rata-rata mereka para pemuda berusia 17- 25 tahun. Berdasarkan usaha
tersebut, terkumpul 500 orang pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian
dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Pada
tanggal 28 Februari 1945,

latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan
latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H.
Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan tentara
Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi kader dan pemimpin
barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para pemuda dapat mengatasi kesukaran
perang dengan hati tabah dan iman yang teguh. Para pelatihnya berasal dari
komandan-komandan Peta dan di bawah pengawasanperwira Jepang, Kapten Yanagawa
Moichiro (pemeluk Islam, yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik)

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *