Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

BAB I Ketaatan dan sabiqun bil khoir

 



 


 BAB I

TAAT KEPADA  ATURAN dan BERLOMBA -LOMBA DALAM KBAIKAN 

A. Pentingnya Taat kepada Aturan

 

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.

 

Di sekolah terdapat aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.

 

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’ān. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.


 

 Aktivitas Siswa:

 

Identifikasilah aturan-aturan yang ada di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Lalu, jelaskan hubungannya antara aturan dan kondisi sosial tersebut!

 

Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.


 

 

 Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisā/4: 59)

 

Asbābu al-Nuzūl atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.

 

Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.


Aktifitas sisiwa 

Setelah membaca ayat diatas isilah contoh bacaan yang sudah tertera pada kolom !+     


 

 

Kata/kalimah

Hukum Bacaan

Alasan

 

 

 

 

mad jaiz munfasil

mad aṡli bertemu huruf

 

alif di luar kata

 

 

 

mad badal

huruf alif bertanda baca

 

fathah berdiri

 

 

 

tafh³m

lafal Jalālah didahului

 

tanda baca dommah

 

 

 

alif lam qomariyyah

huruf alif lam ber-

 

hadapan dengan huruf

 

 

qomariyyah

 

ikhfa

nun sukun bertemu

 

huruf ta

 

 






 

 

 

Aktivitas Siswa:

 

Pada ayat tesebut sebenarnya banyak sekali kata/kalimat yang mengandung hukum bacan tajwid. Identifikasi lebih lanjut hukum bacaan tajwid selain yang ada di kotak tersebut di atas, minimal lima hukum bacaan tajwid!

 

Arti Kata/Kalimat

 

Kata

Arti

Kata

Arti

 

 

 

 

 

wahai

 

kepada Allah

 

 

 

 

 

orang-orang

 

dan rasul

 

yang beriman

 

 

 

 

 

 

 

taatilah Allah

 

jika kamu

 

 

 

 








 


dan taatilah

 

beriman

 

rasul

 

 

 

 

 

 

 

dan pemimpin

 

kepada Allah

 

 

 

 

 

di antara kamu

 

dan hari akhir

 

 

 

 

 

jika kamu ber-

 

yang demikian

 

beda pendapat

 

itu lebih baik

 

 

 

 

 

tentang sesuatu

 

dan lebih baik

 

 

 

akibatnya

 

 

 

 

 

maka kembali-

 

 

 

lah

 

 

 

 

 

 











 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisā/4: 59)

 

Asbābu al-Nuzūl atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.

 

Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.

 

No.

Nama ulama

Pendapatnya

 

 

 

 

 

Arti ulil amri adalah umāra, ahlul ‘ilmi wal

 

Abu Jafar Muhammad

fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan penge-

1

tahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain

 

bin Jarir at-Thabari

berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah

 

 

 

 

saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.


       


 

Ada empat pendapat dalam mengartikan

 

 

kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para

2

Al-Mawardi

pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin

masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3)

 

 

 

 

sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua

 

 

sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.

 

Ahmad Mustafa

Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah,

3

ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pe-

al-Maraghi

 

mimpin lainnya.

 

 

 

Kita memang diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih tentang makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka.

 

Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:

 


 

 Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda...

 

Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim)

 

Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.


 Tugas siswa : 

 

          Carilah ayat dan hadis yang berhubungan dengan ketaatan pada aturan!

 

          Jelaskan pesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang kamu temukan itu!

 

          Hubungkan pesan-pesan ayat dan hadis tersebut dengan kondisi objekif di lapangan yang kamu temui!

 

            Kompetisi dalam Kebaikan


 Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang, banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisilainnya, yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan, hal yang sangat memilukan ialah tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suuẓan” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut

 

 

Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman? Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:


 

 

Penerapan Hukum Tajwid dan isilah dengan lafadz yang sesuai

 

Kalimah

Hukum Bacaan

Alasan

 

 

tanda baca kasrah

 

ikhfa

tanwin bertemu huruf

 

 

jim

 

 

 

 

izhar syafāwi

mim sukun bertemu

 

huruf syin

 

 

 

 

 

 

 

tanda baca fathah tanwin

 

mad iwād

bertemu alif dan di-

 

 

waqafkan

 

 

 

 

mad wajib muttasil

mad asli bertemu

 

hamzah pada satu kata

 

 

 

idgham bighunnah

tanda baca fathah tanwin

 

bertemu huruf waw

 

 

 

 

 







 

             

Aktivitas Siswa:

 

Pada ayat tersebut sebenarnya banyak sekali kata/kalimat yang mengandung hukum bacaan tajwid. Identifikasi lebih lanjut hukum bacaan tajwid selain yang ada di kotak tersebut di atas, minimal lima hukum bacaan tajwid!


  

 isilah denagn lafadz  yang sesuai denagan arti Kata/Kalimat

 

Kata

Arti

Kata

Arti

 

Dan Kami telah

 

darimu

 

menurunkan

 

 

 

 

 

kepadamu

 

aturan

 

(Muhammad)

 

 

 

 

 

Kitab (al-Qur'ān)

 

dan jalan yang

 

 

terang

 

 

 

 

dengan membawa

 

dan kalau Allah

 

kebenaran

 

menghendaki

 

 

 

 

 

yang

 

niscaya kamu

 

membenarkan

 

jadikan

 

terhadap apa

 

satu umat saja

 

(kitab-kitab)

 

 

 

 

 

di antaranya

 

akan tetapi

 

 

 

 

 

dari kitab-kitab

 

Allah hendak

 

 

mengujimu

 

 

 

 

 

 

 

 

dan menjaganya

 

terhadap apa

 

 

 

 

 

kepadanya

 

yang diberikan

 

 

kepadamu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

maka berlomba-

 

maka putuskanlah

 

lombalah dalam

 

 

 

kebaikan

 

 

 

 

 

(perkara) di antara

 

kepada Allah

 

mereka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

menurut apa yang

 

tempat kamu

 

diturunkan Allah

 

kembali

 

 

 

 

 

dan janganlah

 

semuanya

 

engkau mengikuti

 

 

 

 

 

 

 

 

 

keinginan mereka

 

lalu diberitahukan-

 

 

nya kepadamu

 

 

 

 

 

 

 































 

  


tentang apa yang

 

terhadap apa yang

 

telah datang

 

 

 

kamu

 

kepadamu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dari kebenaran

 

dahulu

 

 

 

 

 

bagi tiap-tiap

 

kamu

 

umat

 

perselisihkan

 

 

 

 

 

Kami jadikan

 

 

 

 

 

 

          


                                                                            

  

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Māidah/5: 48)


 

 Pada Q.S. al-Māidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.


  


Allah Swt. mengutus para nabi dan menurunkan syariat kepadanya untuk memberi petunjuk kepada manusia agar berjalan pada rel yang benar dan lurus. Sayangnya, sebagian dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau diselewengkan. Sebagai ganti ajaran para nabi, manusia membuat ajaran sendiri yang bersifat khurafat dan takhayul.

 

Ayat ini membicarakan bahwa al-Qur’ān memiliki kedudukan yang sangat tinggi; al-Qur’ān sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya; juga sebagai penjaga kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar ajaran para nabi terdahulu, al-Qur’ān juga sepenuhnya memelihara keaslian ajaran itu dan menyempurnakannya.

 

Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya perbedaan manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa. Semua perbedaan itu adalah rahmat dan untuk ajang saling mengenal. Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.

 

Mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Paling tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut.

 

Pertama, bahwa melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Kematian bisa datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, begitu ada kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan.

Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling tolong-menolang, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. Tidak sedikit seorang yang tadinya



baik menjadi rusak karena lingkungan. Lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik secara istiqāmah (konsisten).

 

Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan. Allah Swt. bersabda:




 


 


Artinya: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Māidah/5: 2)

 

Langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang baik adalah dengan memulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari sekarang. Mengapa? Sebab inilah jalan terbaik dan praktis untuk memperbaiki sebuah bangsa. Kita harus memulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan pernah bisa tegak dengan kokoh jika pribadi dan keluarga yang ada di dalamnya sangat rapuh.


 


C. Etos Kerja

 

Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya untuk berusaha memenuhinya. Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada kehidupan akhirat saja, melainkan harus memikirkan kepentingan kehidupannya di dunia. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.

 

Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji, seperti potensial, aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata karena prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur’ān diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas hidup manusia tidak tersesat.

 

Dalam al-Qur’ān maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.




 

 

 

 

 Sebagai penerapan Hukum Tajwid isilah kolom di bawah ini dengan lafad yg sesuai !

 

Kalimat

Hukum Bacaan

Alasan

 

tafh³m

lafal Jalalah didahului

 

tanda baca fathah

 

 

 

alif lam qamariyyah

alif lam bertemu

 

huruf mim dan tidak

 

 

bertasydid

 

alif lam syamsiyyah

alif lam bertemu huruf

 

syin dan bertasydid

 

 

 

 

ikhfa syafāwi

mim mati bertemu

 

huruf ba

 

 

 

 

 

 

mad arid lisukūn

bacaan mad di akhir

 

kalimat

 

 






   



Aktivitas Siswa:

 

Pada ayat tesebut sebenarnya banyak sekali kata/kalimat yang mengandung hukum bacaan tajwid. Identifikasi lebih lanjut hukum bacaan tajwid selain yang ada di kotak tersebut di atas, minimal lima hukum bacaan tajwid!

 

 Isilah kolom berikut dengan lafadz yg sesuai 

 

Kata

Arti

Kata

Arti

 

dan katakanlah

 

kepada (Allah)

 

 

 

 

 

bekerjalah kamu

 

yang maha

 

 

 

mengetahui yang

 

 

 

gaib

 

maka Allah akan

 

dan yang nyata

 

melihat

 

 

 

 

 

 

 

pekerjaanmu

 

lalu diberitakan-

 

 

 

Nya kepadamu

 

 

 

 

 

dan begitu juga

 

apa yang telah

 

rasul-Nya

 

kamu

 

 

 

 

 

dan orang-orang

 

kerjakan

 

mukmin

 

 

 

dan kamu akan

 

 

 

dikembalikan

 

 

 

 

 

 














 

 

Artinya:  “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)

 

Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.


 

Sebutan lain dari ganjaran adalah imbalan atau upah atau compensation. Imbalan dalam konsep Islam menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan akhirat. Namun, penekanan kepada akhirat itu lebih penting daripada penekanan kepada dunia (dalam hal ini materi).

 

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.

 

 

Umat Islam dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan “tobat” saja, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melakukan perbuatan terpuji yang lainnya, seperti menunaikan zakat, membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menyegerakan untuk mengerjakan ṡalat, saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. pasti menyaksikan itu.

 

Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang mereka lakukan sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat seperti pencuri, penipu, pemerkosa, koruptor, dan lain sebagainya. Banyaknya berita tentang korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di ruang publik. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita sudah bisa dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak bisa ditutup-tutupi.


 


  

 

Artinya: “Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak seorang pun yang makan lebih baik daripada makan hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Daud as. makan hasil usahanya.” (HR. Bukhari)



APLIKASI KETAATAN DALAM KEHIDUPAN 

Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.

 

          Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.

 

          Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.

 

          Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

 

          Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.

 

          Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.

 

Perilaku mulia (kompetisi dalam kebaikan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.

 

          Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi.

 

          Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal.

          Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap riḍa Allah Swt.

          Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.

          Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).

 

Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.

 

          Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (“man jada wa jada” - Siapa yang giat, pasti dapat).

          Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”

          Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   


Rangkuman

 

           Pentingnya menaati pemimpin agar roda pemerintahan berjalan dengan baik, makin baik kepemimpinan, makin baik pula rakyatnya.

 

           Kandungan Q.S. an-Nisā/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk kembali kepada al-Qur’ān dan hadis.

 

           Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi agar dapat meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik.

 

           Kandungan Q.S. al-Māidah/5: 48 adalah bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

           Barangsiapa yang giat pasti dapat. Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras.

 

           Kandungan Q.S. at-Taubah/9: 105 adalah bahwa Allah Swt. memerintah-kan kepada umat Islam untuk semangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "BAB I Ketaatan dan sabiqun bil khoir "