Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

KELAS XII. BAB III PEMANFAATAN PETA, PJ DAN SIG

 

BAB III

PEMANFAATAN PETA, PENGINDRAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

 

KOMPETENSI DASAR:

3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan peta dan/atau citra penginderaan jauh serta Sistem Informasi Geografis (SIG) kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.

 

4.3 Menyajikan peta tematik berdasarkan pengolahan citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan

 

PEMANFAATAN PETA UNTUK JARINGAN TRANSPORTASI

                                    1.       Konsep Transportasi

a.      Pengertian Jaringan Transportasi

Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam aktifitas sehari-hari.

 

b.      Parameter Utama dalam Penentuan Jaringan Transportasi

Ada dua faktor yang menjadi parameter utama dalam penentuan jaringan transportasi, yaitu:

1)       Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya.

Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan jaringan transportasi antar tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi, sebaiknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh, dan hubungan transportasi jelek, maka aksesibilitas rendah. Sedangkan kombinasi antar keduanya mempunyai aksesibilitas menengah.

 

2)       Bangkitan dan pergerakan

Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Bangkitan dan tarikan tergantung pada dua aspek tata tata guna lahan menurut (Tamin, 2000:41), yaitu :

a.    Maksud perjalanan, merupakan ciri khas sosial suatu pejalanan. Misalnya ada yang bekerja, sekolah, dan sebagainya.

b.    Jarak dari Pusat Kegiatan, yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan pemilihan moda.

c.    Peruntukan penggunaan lahan, adalah ciri khas alami yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan perencanaan jaringan transportasi.

d.    Pemilihan moda perjalanan, merupakan sisi lain dari maksud perjalanan yang dapat digunakan untuk mengelompokan macam perjalanan.

                                    2.       Perencanaan Transportasi

a.      Konsep Perencanaan Transportasi

Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan. Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya.

Terdapat beberapa konsep perencanaa transportasi yang telah berkembang sampai saat ini, yang paling populer adalah “Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap”. Menurut Tamin (2000), model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Adapun keempat dari submodel tersebut yaitu sebagai berikut

a)    Pemodelan bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation and Trip Atraction)

Tahap bangkitan  dan  tarikan  pergerakan  bertujuan memperkirakan jumlah pergerakan yang akan dilakukan pada setiap tempat asal (i) ke tempat tujuan (j) misalnya anak sekolah yang pergi ke sekolah. Data atau informasi yang digunakan dalam penentuan bangkitan dan tarikan pergerakan, yaitu penggunaan lahan, penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.

Jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan merupakan informasi yang sangat penting dalam memperkirakan pegerakan antarwilayah. Pergerakan antarwilayah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem jaringan jalan antar wilayah tersebut.

 

b)      Pemodelan sebaran/distribusi pergerakan (Trip Distribution)

Tahap distribusi pergerakan merupakan interaksi antar penggunaan lahan, angan transportasi, dan arus lalu lintas. Pola distribusi (sebaran) arus lalulintas antara tempat asal (i) ke tempat tujuan (d) merupakan hasil interaksi antara lokasi dan penggunaan lahan.

Di dalam pemodelan distribusi pergerakan dikenal istilah interaksi spasial. Interaksi spasial dalam geografi adalah arus manusia, barang, uang, atau informasi. Interaksi ini dikarenakan adanya perbedaan potensi wilayah.

c)      Pemodelan pemilihan moda (Model Split)

Pemilihan moda merupakan bagian terpenting dalam perencanaan transportasi karena dilakukannya pemilihan jenis angkutan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, antara lain sebagai berikut.

-       Kepemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi pemilikan kendaraan pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan umum.

-       Struktur rumah tangga, hal ini berdasarkan kondisi rumahtangga seperti umur keluarga da jumlah anggota keluarga, dimana semakin banyak umur dan jumlah anggota keluarga semakin tinggi peluang untuk mempunyai kendaraan pribadi.

-       Pendapatan, semakin tingi pendapatan akan semakin besar peluang menggunakan kendaraan pribadi.

-       Tujuan pergerakan, misalnya orang akan menggunakan kendaraan pribadi karena ketepatan waktu, kenyamanan, yang tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.

-       Waktu terjadinya pergerakan, pada malam hari orang akan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak adanya angkutan umum.

-       Jarak perjalanan, semakin jauh jaraknya cenderung menggunakan angkutan umum

 

d)      Model pemilihan rute perjalanan (Trafic Assigment)

Setiap orang dalam melakukan pergerakan akan mencari rute untuk meminimalkan biaya dan waktu perjalanan. Dalam proses pemodelan pemilihan rute, data yang digunakan antara lain permintaan angkutan dan jaringan jalan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan rute pergerakan, yaitu waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antrian, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan kawasan tertib lalulintas dan marka jalan, serta kebiasan. Pemilihan rute sangat diperlukan untuk dapat menghindari kemacetan dan kendala-kendala lain yang biasa terjadi di jalan misalnya saat akan melakukan perjalanan yang harus melewati jalan yang sudah teridentifkasi macet maka kita bisa mencari jalur alternatif lain untuk mencapai tempat tujuan.

 

b.      Tujuan Perencanaan Transportasi

Perencanaan transportasi ditujukan untuk mengatasi masalah transportasi yang sedang terjadi atau kemungkinan terjadi di masa mendatang. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Salah satu permasalahan yang paling umum terkait transportasi adalah kemacetan.

c.       Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Transportasi

Merencanakan perangkutan pada dasarnya adalah memperkirakan kebutuhan angkutan di masa depan yang harus dikaitkan dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut ini beberapa hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan transportasi:

1)     Sarana yang telah ada didayagunakan secara optimum dan ditujukan guna merancang dan membangun berbagai sarana baru.

2)     Sarana harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan lalu-lintas yang sudah ada maupun yang akan ada, diletakkan pada lokasi yang tepat di dalam daerah atau kota, dan secara ekonomi harus dapat dipertanggungjawabkan.

3)     Perangkutan harus memberikan keuntungan maksimum kepada masyarakat dengan meminimumkan penggunaan waktu dan biaya.

4)     Pada saat yang sama harus diperhitungkan pula peningkatan tuntutan akan perkembangan kota atau tata tata guna lahan serta perluasan wilayah perkotaan

 

d.      Tahapan Proses Perencanaan

Tahapan proses perencanaan perangkutan, diantaranya meliputi:

1)     Pendataan kondisi yang ada, meliputi tata guna lahan, kependudukan, pemilikan kendaraan, lalu-lintas orang da kendaraan, sarana angkut, kegiatan ekonomi, sumber keuangan, dan bangkitan lalu-lintas.

2)     Kebijaksanaan pemerintah untuk masa yang akan datang, meliputi pengawasan dan kebijaksanaan pemerintah atas perkembangan pertanahan, serta ciri khas jaringan perhubungan yang akan datang.

3)     Perkiraan perkembangan wilayah kota, meliputi perkiraan jumlah kependudukan, kegiatan ekonomi, pemilihan kendaraan, tata guna lahan, dan jaringan perhubungan di masa yang akan datang.

4)     Perkiraan lalu-lintas di masa yang akan datang, meliputi bangkitan lalu- lintas di masa depan, pilihan moda angkutan atau ragam kendaraan, perpindahan antarzona, pembebanan dari pergerakan antarzona ke dalam jaringan perangkutan, dan evaluasi.

 

                            3.       Penginderaan Jauh untuk Kajian Transportasi

a.    Penyediaan data penggunaan lahan

Perencanaan transportasi memerlukan data penggunaan lahan untuk menentukan pola pergerakan, volume, distribusi sarana angkutan,  dan tingkat aksesibilitas sistem transportasi. Data penggunaan lahan dapat menentukan harga lahan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan jasa. Kemudian data lokasi tempat tinggal penduduk (permukiman), dan lokasi beraktivitas penduduk (bekerja, sekolah, rekreasi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk perencanaan transportasi.

b.    Pengumpulan data sosial ekonomi dan jumlah penduduk

Kondisi sosial ekonomi dan karakteristik penduduk pada suatu wilayah mencerminkan pola penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi, misalnya menentukan jumlah bangkitan pergerakan. Informasi mengenai jumlah penduduk pada suatu wilayah merupakan parameter penting dalam perencanaan transportasi.

 

c.    Inventarisasi jaringan transportasi (kondisi jalan)

Citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menampilkan data jaringan jalan, sungai, rel kereta api dengan sangat jelas. Bahkan fungsi jalan dapat dibedakan dari citra seperti jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Informasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki data sistem transportasi yang sudah ada.

 

PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK TATA GUNA LAHAN

1.    Konsep Dasar Tata Guna Lahan

a.    Tata Guna Lahan

Pengertian Tata Guna Lahan adalah wujud dalam ruang di alam mengenai bagaimana penggunaanlahan tertata, baik secara alami maupun direncanakan. Dari sisi pengertian perencanaan sebagai suatu intervensi manusia, maka lahan secara alami dapat terus berkembang tanpa harus ada penataan melalui suatu intervensi. Sedangkan pada keadaan yang direncanakan, tata guna lahan akan terus berkembang sesuai dengan upaya perwujudan pola dan struktur ruang pada jangka waktu yang ditetapkan. Perencanaan tata guna lahan (landuse planning) dari sisi intervensi dalam memberikan dorongan dan bantuan pada pengguna lahan (landusers) dalam menata lahan.

Dari Penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian Tata Guna Lahan adalah potensi suatu lahan yang dinilai penggunaannya  untuk menjaga kelestarian lingkungan.

 

b.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Tata Guna Lahan

a.         Faktor fisik

Faktor fisik yang perlu dipertimbangkan terkait dengan tata guna lahan adalah keadaan geologi, tanah, air dan iklim. Keempat faktor fisik ini saling mempengaruhi antara satu dan lainnya. Tata guna lahan pada suatu daerah juga harus mempertimbangkan ketersediaan air yang ada. Ketersediaan air ini akan berkaitan dengan sistem pemanfaatan lahan yang ada. Iklim juga memiliki peranan yang penting dalam tata guna lahan.

 

b.        Faktor biologis

Faktor biologis yang perlu diperhatikan dalam tata guna lahan adalah vegetasi, hewan, dan kependudukan. .

 

c.         Faktor ekonomi

Faktor pertimbangan ekonomi erat kaitannya dengan dengan ciri keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi.

 

d.        Faktor institusi

Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertahanan, keadaan politik, keadaan sosial, dan secara administrasi dapat digunakan. Ada beberapa lahan yang tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan penduduk.

 

c.    Klasifikasi Tata Guna Lahan

Badan survei Geologi Amerika Serikat (USGS) telah menyusun sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan sebagai acuan dalam klasifikasi data pengindraan jauh yang dilaporkan dalam USGS profesional paper. Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS disusun berdasarkan kriteria berikut:

a)      Tingkat    ketelitian    interpretasi     minimum    dengan    menggunakan pengindraan jauh tidak kurang dari 85 persen.

b)      Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori kurang lebih sama.

c)      Hasil yang diulang dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke penafsir yang lain dan dari satu saat pengindraan ke saat yang lain.

d)      Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk daerah yang luas.

e)      Kategorisasi memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutup lahannya.

f)       Sistem klasifikasi dapat digunakan dengan data pengindraan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda.

g)      Kategori dapat diperinci ke dalam subkategori lebih rinci yang diperoleh dari citra skala besar atau survei lapangan.

h)      Pengelompokan kategori dapat dilakukan dengan baik

i)        Dimungkinkan dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa mendatang.

j)        Jika memungkinkan, lahan multiguna dapat dikenali dengan baik. Hasil sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS untuk digunakan dengan data pengindraan jauh ditunjukan pada tabel berikut ini.

 

Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan

No

Tingkat I

Tingkat II

1.

Perkotaan atau lahan bangunan

-       Perdagangan dan jasa

-       Industri

-       Transportasi, komunikasi, dan umum

-       Kompleks industri dan perdagangan

-       Perkotaan    campuran    atau    lahan bangunan

-       Perkotaan    atau    lahan    bangunan

lainnya

2.

Lahan pertanian

-       Tanaman     semusim     dan    padang rumput

-       Daerah buah-buahan, jeruk, anggur, labu bibit, dan tanaman hias

-       Tempat pengembangan terkurung

-       Lahan pertanian

3.

Lahan peternakan

-       Lahan tanaman obat

-       Lahan peternakan semak dan belukar

-       Lahan peternakan campuran

4.

Lahan hutan

-       Lahan hutan gugur daun musiman

-       Lahan hutan yang selalu hijau

-       Lahan hutan campuran

5.

Lahan air

-       Sungai dan kanal

-       Danau

-       Waduk

-       Teluk dan muara

6.

Lahan basah

-       Lahan hutan basah

-       Lahan basah bukan hutan

7.

Lahan gundul

-       Dataran garam kering

-       Gisik

-       Daerah berpasir selain gisik

-       Batuan singkapan gundul

-       Tambang    terbuka,    pertambangan,


 

 

No

Tingkat I

Tingkat II

 

 

dan tambang kerikil

-       Daerah peralihan

-       Lahan gundul campuran

8.

Padang lumut

-       Padang lumut semak dan belukar

-       Padang lumut tanaman obat

-       Padang lumut lahan gundul

-       Padang lumut basah

-       Padang lumut campuran

9.

Es/salju abadi

pemukiman

-       Lapangan salju abadi

-       Glasier

 

 

2.    Penginderaan Jauh untuk Kajian Tata Guna Lahan

Pengindraan jauh kaitannya dengan tata guna lahan salah satunya dalam bentuk inventarisasi penggunaan lahan. Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Contoh inventarisasi citra penginderaan jauh dalam penggunaan lahan seperti inventarisasi lahan pertanian, perkebunan, permukiman, kehutanan, pertambangan, industri, pertokoan, pusat perbelanjaan, perbankan, perkantoran, ruang terbuka hijau, dll yang dapat dilakukan dengan menggunakan kunci interpretasi citra. Setelah itu citra penginderaan jauh dapat diolah dengan SIG untuk menampilkan peta penggunaan lahan yang akan digunakan lebih lanjut oleh para pengambil kebijakan. SIG memiliki banyak keunggulan dalam pengolahan ini karena data dapat dikelola dalam format yang jelas, biaya lebih murah daripada harus survei lapangan, pemanggilan data cepat dan dapat diubah dengan cepat, data spasial dan non spasial dapat dikelola bersama, analisa data dan perubahan dapat dilakukan secara efisien, dapat untuk perancangan secara cepat dan tepat.

Setelah selesai dilakukan pengolahan, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan layout agar informasi-informasi yang ada didalamnya lebih mudah dipahami. Berikut adalah contoh peta penggunaan lahan yang sudah siap digunakan.

 

PEMANFAATAN SIG UNTUK PENGEMBANGAN POTENSI WILAYAH

Kemampuan SIG dalam mengelola data spasial dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain berikut ini:

 

                        1.      SIG untuk Inventarisasi Sumber Daya Alam

Secara sederhana, manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam adalah sebagai berikut.

a.         Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam. Misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi, dan barang tambang lainnya.

b.        Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan. Misalnya :

1)     Kawasan lahan potensial dan lahan kritis

2)      Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak

3)     Kawasan lahan pertanian dan perkebunan

4)     Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan

c.        Pemetaan geologi yang digunakan untuk kepentingan eksplorasi penanggulangan bencana alam

d.        Pemantauan daerah pasang surut guna mengembangkan lokasi pertanian atau kepentingan lain

e.         Pemetaan kesuburan tanah yang sangat diperlukan bagi usaha pertanian

 

                        2.      SIG untuk Perencanaan Pembangunan

Dalam hal perencanaan pembangunan, SIG dapat dimanfaatkan untuk perencanaan menentukan wilayah atau zonafikasi berdasarkan berbagai pertimbangan. Perencanaan pembangunan dengan memanfaatkan SIG dapat dilakukan dengan analisis peta-peta tematik untuk mengetahui kemampuan lahannya.

 

                        3.      SIG untuk Perencanaan Ruang

Untuk bidang perencanaan ruang, SIG digunakan untuk perencanaan tata ruang wilayah (analisis dampak lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang menggunakan SIG akan menghindarkan terjadinya banjir, kemacetan, infrastruktur dan transportasi, hingga pembangunan perumahan dan perkantoran), perencanaan kawasan industri, kawasan pemukiman, serta penataan sistem dan status pertahanan.

Adapun manfaat SIG dalam bidang perencanaan wilayah dan kota sebagai berikut:

a.       Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.

b.      Untuk pendataan pajak bumi dan bangunan

c. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.

d.  Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.

e. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.

f.       Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.

g.    Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.

h.      Untuk mengetahui persebaran penggunaa lahan.

i.        Untuk pengawasan daerah bencana alam.

 

                        4.      SIG untuk Pariwisata

Dalam bidang pariwisata, pemanfaatan SIG dilakukan seperti untuk inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu daerah. SIG di bidang pariwisata sangat membantu manusia zaman sekarang untuk mempermudah melihat destinasi wilayah pariwisata yang akan dikunjungi atau sedang dikunjungi.

                        5.      SIG untuk Perencanaan Transportasi

Dalam bidang transportasi pemetaan SIG digunakan untuk inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, serta analisis kawasan rawan kemacetan dan kecelakaan.

a.         Manajemen Prasarana Transportasi

SIG digunakan untuk mengelola dan menganalisa berbagai informasi dengan geografi sebagai komponen utamanya lebih dari 80 % dari informasi digunakan untuk mengelola jalan, jalur kereta api, fasilitas pelabuhan, sebagai komponen utamanya.

 

b.        Manajemen Logistik dan Kendaraan

Sebuah kegiatan operasi yang efisien membutuhkan sebuah keputusan yang akurat dan tepat waktu.

 

c.         Manajemen Transit

Perencanaa rute, pengiriman teknisi, analisa pelayanan, penanganan pemasaran dan hubungan komunitas dan pola transit akan diperoleh keuntungan dengan cara melakukan pemahaman sebaik-baiknya terhadap kendaraan transit, rute perjalanan dan fasilitas lokasi rute perjalanan dapat dikelola secara langsung melalui database jaringan jalan dan dikaitkan terhadap pusat kependudukan dan karyawan, seperti pada sistem database dan sebuah skedul.


                            6.      SIG untuk Sosial Budaya

Dalam bidang sosial budaya, pemanfaatan SIG digunakan seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan, serta pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan, dan perkantoran.

                            7.      SIG untuk Mitigasi Bencana

Penggunaan SIG dalam rentang manajemen risiko bencana dari pembuatan Basis data, inventaris, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis risiko, analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain-lain.

 

PEMANFAATAN SIG UNTUK KESEHATAN LINGKUNGAN

 

                            1.        Pengertian Kesehatan Lingkungan

WHO (World Health Organization): kesehatan lingkungan ialah suatu keseimbangan ekologi yang harus tercipta diantara manusia dengan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan sehat dari manusia.

 

                            2.        Pemanfaatan SIG untuk Kajian Kesehatan Lingkungan

Sistem informasi geografis melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki banyak manfaat termasuk untuk kajian kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, sejak tahun 1990 di Indonesia telah dimulai peningkatan dan perkembangan SIG sebagai bagian informasi oleh industri kesehatan, baik institusi, kesehatan yang dimiliki pemerintah maupun swasta.

Sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan distribusi penderita suatu penyakit, pola, atau model penyebaran penyakit.

Menurut WHO, SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat digunakan untuk hal-hal berikut.

 

1.     Menentukan distribusi geografis penyakit

2.     Analisis trend spasial dan temporal

3.     Pemetaan populasi berisiko

4.     Stratifikasi faktor risiko

5.     Perencanaan dan penentuan intervensivikasi

6.     Monitoring penyakit

 

Sistem Informasi Geografis (SIG) memiliki beberapa keuntungan dalam metode konvensional yang digunakan dalam perencanaan, manajemen dan penelitian kesehatan.

 

1.        Manajemen Data

SIG memberikan kemampuan bagi pengguna/user untuk menyimpan, mengintegrasikan, menampilkan dan menganalisis data dari level molekuler terhadap resolusi satelit kepada komponen spasial yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Manajemen data dengan penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat mendukung kegiatan survailans penyakit yang sangat membutuhkan keberlangsungan/kontinuitas, sistematika pengumpulan data serta analisis data.

 

2.        Visualisasi

SIG merupakan alat yang akurat untuk menghadirkan informasi spasial terhadap level secara individual dan melakukan model peramalan/prediksi.

 

3.        Analisis overlay

SIG dapat melakukan analisis secara bersusun dari bagian informasi yang berbeda. Ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan, dan penelitian medis terhadap pemodelan multi-kriteria yang membantu dalam memahami asosiasi/hubungan antara prevalensi penyakit dan gambaran yang spesifik.

 

4.        Analisis buffering

SIG dapat menciptakan zona/wilayah buffer disekitar daeerah yang dipilih. Radius 10 km untuk menggambarkan area Rumah sakit yang dijangkau, atau 1 km disekitar sungai untuk menandai penularan risiko pencemaran melalui air. Pengguna/user dapat mengkhususkan ukuran buffer dan mengkombinasikan dengan informasi data inseidensi penyakit untuk meperkirakan jumlah kasus yang terjadi dalam zona buffer.

 

5.        Analisis statistik

SIG dapat menyelesaikan kalkulasi spesifik, seperti proporsi populasi dalam suatu radius tertentu dari suatu pusat kesehatan dan juga mengkalkulasi jarak dan area sebagai contoh jarak suatu masyarakat ke pusat kesehatan serta area yang dicakup oleh program kesehatan tertentu (cakupan).

 

6.        Query

SIG memberikan interaksi pertanyaan untuk mendapatkan intisari informasi yang dimasukan dalam peta, table, grafik, dan juga dapat menjawab pertanyaan dari lokasi, kondisi, trend dan pemodelan dan pola spasial. SIG secara bertahap diterima dan digunakan oleh administrator dan ahli kesehatan masyarakat termasuk pengambil kebijakan, ahli statistik, ahli epidemiologi, pegawai dinas kesehatan provinsi/kabupaten.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Lestari, Fitri Sekar. 2020. Modul Pembelajaran SMA Geografi Kelas XII. Jakarta: Kemendikbud

Fitriyana, Anisyah. 2020. Modul Pengayaan Geografi kelas XII. Surakarta: CV. Grahadi

 

Posting Komentar untuk "KELAS XII. BAB III PEMANFAATAN PETA, PJ DAN SIG"